Home » » Dialog Imam Abu Hanifah Dengan Atheis Tentang Ketuhanan

Dialog Imam Abu Hanifah Dengan Atheis Tentang Ketuhanan

Written By Moh Wahyudi on Minggu, 26 Mei 2013 | 21.55

Imam Abu Hanifah pernah bercerita : Ada seorang ilmuwan besar, Atheis dari kalangan bangsa Romawi, dan ia orang kafir. Ulama-ulama Islam membiarkan saja, kecuali seorang, yaitu Hammad guru Abu Hanifah, oleh karena itu sang atheis segan bila bertemu dengannya.

Pada suatu hari, saat manusia berkumpul di masjid, orang kafir itu tiba-tiba naik mimbar dan ingin mengadakan tukar fikiran dengan siapa saja, dia hendak menyerang ulama-ulama Islam. Dan di antara shaf-shaf masjid bangkitlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika beliau sudah berada di dekat mimbar, orang kafir itu berkata: "Saya ingin bertukar fikiran dengan anda". Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri kerana usia mudanya. Namun dia pun angkat bicara: "Katakan pendapat tuan!".

Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, lalu terjadilah dialog antara ilmuwan Atheis dengan Imam Abu Hanifah, yuk temen2 group Islam dengan sunnah dan bid'ah hasanah, kita simak baik2 dialog ini,

Atheis : Pada tahun berapakah Tuhanmu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman: "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan"

Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah ada pertama yang tiada apa-apa sebelum-Nya?, Pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu.

Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan yg ada!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahuluiNya?

Atheis : Dimanakah Rabbmu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana air susu?, apakah di dalam air susu itu ada vitamin?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya vitamin itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Vitamin itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu diseluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau vitamin yang makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Rabbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis : Ya, pernah.
Abu Hanifah : Semula ia berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Kerana rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seprti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.

Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita bisa makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.

Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.

"Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis. "Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah. Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. "Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?". Ilmuwan kafir mengangguk. "Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak ada hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu". Para hadirin puas dengan jawaban yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan orang kafir itu

Semoga Allah menjaga kita juga keluarga kita dari pengaruh aqidah sesat mujassimah yg menyebabkan kita syirik, yaitu dengan berkeyakinan Allah di dalam sesuatu atau di atas sesuatu. Aamiin Allaahumma Aamiin

Allah adl Zat Yg Maha Segala-galanya, Dia tidak terbatas dan terikat oleh ruang dan waktu, karena ruang dan waktu adl ciptaan Allah SWT

langit, juga 'Arsy adl makhluk Allah yg bagi Allah keduanya kecil dan tentu kedua makhluk ini terbatas, sedang Allah Maha Tidak Terbatas, tidak mungkin sesuatu yg terbatas ini menjadi "tempat Allah" bahkan kita semua juga punya keyakinan di zaman azali tidak ada langit dan tdk ada 'Arsy begitu juga saat kiamat kubro langit hancur begitu juga dg 'Arsy semua musnah, yg ada hanyalah Allah, Allah Yang Maha Abadi dan Allah Yang Maha Kaya, tidak butuh apa2 dari makhluk-Nya

inilah aqidah ulama' salaf Imam Abu Hanifah yg mana beliau berfatwa "Allah tdk bertempat dan tidak ditempatkan" krn memang Allahlah Dzat yg menciptakan tempat dan menempatkan makhluk-Nya di tempat manapun yg Ia kehendaki, intinya jangan memberi sifat Allah dg sifat makhluk yaitu seperti berkeyakinan "bertempat di atas sesuatu"
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Nahdliyin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger