Latest Post

Mengapa NU Menerima Pancasila sebagai Asas?

Written By Moh Wahyudi on Selasa, 11 Maret 2014 | 20.19

Tokoh paling penting yang menjadi “arsitek” penerimaan NU terhadap Pancasila adalah KH Achmad Siddiq (Rais Aam PBNU 1984-1989). Berikut ini penuturan sesepuh NU, KH Muchit Muzadi (88), sekretaris Kiai Achmad Siddiq yang sama-sama pernah menjadi murid KH Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng. (*Red)
Bagi saya KH Ahmad Shiddiq itu adalah seorang ulama yang memiliki ilmu pengetahuan yang komplit. Komplit kenapa? Karena ia memiliki pemikiran-pemikiran yang cukup mendalam tentang agama, hubungan agama dengan kehidupan kemasyarakatan, hubungan agama dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dan lain sebagainya.
Seperti contoh, dalam merumuskan hubungan Pancasila dan Islam dalam Nahdlatul Ulama. Umumnya orang hanya melihat bahwa Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan Islam maka dibilang Islami. Namun tidak dengan KH Achmad Siddiq. Ia melihat bahwa pola hubungan dan posisi agama dan Pancasila dalam kehidupan bernegara adalah lebih dari itu.
Saya sendiri dahulu pernah bertanya masalah ini kepada Beliau. “Kiai, Mengapa kita harus menerima Pancasila sebagai asas NU ?.”
Ia menjawab: “Nahdlatul Ulama sendiri dalam Anggaran Dasarnya yang pertama diterangkan bahwa NU didirikan berdasarkan tujuan-tujuan, bukan asas.”
“Kita tidak usah mempertentangkan NU dengan asas negara. Karena NU tidak berbicara mengenai asas. Melainkan tujuan.”
Lalu sekarang apa tujuan NU? Ialah melaksanakan semua yang akan menjadikan kemaslahatan Ummat Islam.
Kiai Achmad Siddiq tidak setuju kalau Islam itu dijadikan asas sebuah organisasi atau partai. Adalah keliru jika menjadikan Islam sebagai asas, karena justru akan merendahkan Islam sendiri. Islam adalah agama ciptaan Allah, sedangkan organisasi ciptaan manusia. Islam jauh diatas asas, karena Islam adalah Din-Allah.
Seperti zaman dahulu, Masyumi yang mencantumkan Asas Islam adalah keliru karena justru memelorotkan Islam dengan menyamakannya dengan berbagai isme-isme yang lain.
Zaman dahulu, NU memusyawarahkan tentang hubungan Islam dan asas negara berjam-jam. Satu jam lamanya Kiai Shiddiq terdiam merenungkan masalah ini. Dan ketika mendapatkan hasilnya, langsung Ia memutuskan di depan rapat, dan terdiamlah semua hadirin yang berdebat.
Itulah salah satu kelebihan dari Kharisma Kiai Achmad, yang mana hal itu dikarenakan kedalaman Ilmunya. Saya menaruh hormat yang besar kepadanya akan hal ini. Meskipun Ia lebih muda dari pada saya 50 (lima puluh) hari lamanya. Karena saya lahir pada 24 Desember 1925, sedang Kiai Achmad lahir pada 24 Januari 1926. Akan tetapi karena keilmuan Beliau jauh di atas saya maka meskipun saya lebih tua saya harus hormat kepadanya.

*Ditranskrip oleh kontributor NU Online Malang, Ahmad Nur Kholis, dari pidato KH Muchit Muzadi yang disampaikan dalam acara Workshop Aswaja dengan tema “Revitalisasi nilai-nilai Aswaja di Tengah Ancaman Gerakan Transnasional di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, 8 Februari 2014.

Membaca Kebiasaan Pendiri NU dan Muhammadiyah

Written By Moh Wahyudi on Senin, 10 Maret 2014 | 18.50


Tak bisa dipungkiri bahwa KH Hasyim Asy’ari dan KH  Ahmad Dahlan merupakan dua tokoh papan atas yang mempunyai peran signifikan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Keduanya sama-sama berkontribusi penting bagi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan jihadnya masing-masing. Keduanya bersahabat akrab, baik ketika sama-sama mondok di Pesantren  Darat, Semarang (asuhan Kiai Sholeh Darat), saat bersama-sama berguru di Makkah (antara lain Syekh Khatib al-Minangkabawi dan Syekh Nawawi al-Bantani) maupun ketika pulang  dan mengabdi di tanah air. 
Kedua sahabat karib itu akhirnya sama-sama mendirikan dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebelum NKRI eksis di bumi nusantara ini.
KH Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, Jawa Timur. Ia putra dari kiai yang cukup ternama, yang kental dengan dunia pesantren, Kiai Asya’ri sedangkan KH Ahmad Dahlan lahir dan besar di Yogyakarta. Ia adalah salah satu priyayi di kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat. Sebagai bangsawan, ia memiliki gelar (nama) Raden Ngabehi Muhammad Darwis. Setelah pulang dari Makkah, namanya diganti menjadi KH Ahmad Dahlan.

Tidak ada yang meragukan kapasitas intelektual kedua tokoh ini. Sebab, keduanya mendapat pendidikan keagamaan yang mumpuni. Mulai dari belajar kepada orang tua mereka yang memang keturunan darah biru, hingga ke Makkah, tempat terbaik untuk menuntut ilmu waktu itu, khususnya ilmu agama.

Buku ini menghadirkan kiprah keduanya dalam perspektif yang berbeda. Bukan birografi atau sejarah perjuangannya tapi sisi lain terkait konteks rutinitas keseharian mereka dalam menjalani hidup hingga dewasa. Sebagai manusia biasa, mereka punya kebiasaan-kebiasaan sebagaimana dilakukan anak sezamannya. Namun karena keduanya akhirnya bermetamorfosa sebagai tokoh nasional, kebiasaan itu menjadi menarik dan penting diketahui agar bisa menginspirasi kita semua dalam menokohi kedua panutan tersebut.

KH Hasyim Asy’ari, ketokohannya sejak kecil sudah tampak. Misalnya, ia suka melerai temannya yang bertengkar, dan merukunkannya kembali. Bahkan pernah kepalanya sampai berdarah terkena pukulan dari salah satu temannya yang sedang ribut. Tapi ia tidak marah dan tidak membalas. Karena sikapnya yang baik itu, kedua orang yang bertengkar itu akhirnya berhenti, dan merawat kepala Hasyim (hal. 183).

KH Hasyim Asy’ari juga mendalami  ilmu kanuragan, pencak silat. Ini tak lepas dari kondisi sosial yang memang menuntutnya mempunyai keahlian bela diri. Ketika itu, Tebuireng –tempatnya tinggal— termasuk daerah yang berbahaya lantaran masyarakatnya banyak yang suka mabuk-mabukan, berandalan, penjudi dan sebagainya. Pernah beberapa kali, kediaman KH Hasyim Asy’ari disatroni penyamun. Itulah sebabnya ia dan santri-santrinya belajar pencak silat, dengan mendatangkan guru ilmu kanuragan dari Cirebon.

Semasa masih remaja, KH Hasyim Asy’ari juga pernah menggembala sapi dan kambing. Ketika nyantri kepada Kiai Muhammad Kholil, Bangkalan, Hasyim disuruh angon sapi dan kambing milik gurunya itu. Ia yang merawat, membersihkan kandang dan mencari rumput. Itu dilakukan Hasyim semata-mata karena patuh terhadap titah sang guru. Bahkan pernah suatu hari, ia dengan senang hati membongkar septic tank dan mengaduk-aduk isinya hanya untuk mencari cincin gurunya yang hilang, kecebur di kloset. Dan cincin itupun ditemukannya. Bagi KH Hasyim Asy’ari, patuh dan menghormati serta membahagiakan guru adalah segala-galanya (hal.196). Dari situlah barokah sang guru diharapkan hinggap. Kenyataannya, KH Hasyim Asy’ari, menjadi tokoh besar, bahkan “melebihi” gurunya.

Sementara itu kebiasaan KH Ahmad Dahlan mengajar pendidikan agama dengan media biola. Ini cukup fenomenal dan tidak lumrah bagi masyarakat Kauman –tempatnya tinggal- ketika itu. Mereka bahkan menganggap apa yang diajarkan oleh Dahlan adalah pelajaran orang kafir. Kendati demikian, kebiasaan KH Ahmad Dahlan berjalan terus tanpa merasa takut atau gentar. Dalam banyak kesempatan ia terus bermain biola.

Sesungguhnya, dengan biola, KH Ahmad Dahlan ingin mengajarkankan kepada murid-muridnya bahwa hidup adalah keselarasan. Jika tidak selaras sesuai tuntunan agama, maka hidup akan berantakan. Seperti halnya biola, jika tidak dipetik dengan piawai, bunyi yang dihasilkan tidak beraturan (hal.94).

KH Ahmad Dahlan juga terbiasa mengamalkan amalan-amalan yang dilakukan oleh kaum nahdliyyin. Misalnya membaca doa qunut ketika shalat Subuh, ikut yasinan dan tahlilan dan shalat tarawih 20 rakaat. Memang sebagian warga Muhammadiyah melaksanakan shalat tarawih 8 rakaat. Tapi tidak demikian dengan pendirinya, KH Ahmad Dahlan. Ia terbiasa melakukan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat dengan 10 salam. Kebiasaan KH Ahmad Dahlan yang demikian itu tidak terlalu berlebihan. Pasalnya, bersama KH Hasyim Asy’ari, ia belajar kepada ulama-ulama yang bermadzhab Syafi’i. di Makkah. Nama KH Ahmad Dahlan sendiri terinspirasi dari nama mufti di Makkah, Ahmad bin Zaini Dahlan. Nama KH Ahmad Dahlan diberikan oleh gurunya, Sayyid Bakri Syaththa yang bermadzhab Syaf’i. Tak hanya itu, di dalam kitab fiqih Muhammadiyah (ajaran KH Ahmad Dahlan) yang asli pada bab shalat disebutkan bahwa shalat tarawih  adalah shalat dengan  20 rakaat dan setiap 2 rakaat harus salam.

Namun setelah berdirinya Majlis Tarjih di era kepemimpinan KH Mas Mansyur, terjadilah revisi-revisi, termasuk keluarnya putusan tarjih yang meniadakan praktek doa qunut dalam shalat subuh dan jumlah shalat tarawih yang menjadi 11 rakaat. Alasan yang dikemukakan Majlis Tarjih adalah karena Muhammadiyah bukan Dahlaniyah (hal.119).

Membaca buku ini, sama halnya dengan kita membaca sejarah dan keistimewaan KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan yang terungkap melalui kebiasaan-kebiasaannya sehari-hari. Kebiasaan-kebiasaan itulah yang kemudian membentuk karakter dan ketokohan sang kiai. KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan adalah idola kita semua. Warisannya (NU dan Muhammadiyah) sampai detik ini, menjadi salah satu sokoguru penyangga kekuatan bangsa Indonesia. Ya, kebiasaan-kebiasaan yang sederhana dan biasa, namun mampu mengantarkan pelakunya menjadi tokoh yang luar biasa.  
Judul : Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy’ari, Teladan-Teladan Kemulyaan
Penulis : M Sanusi
Penerbit: DIVA Press
Cetakan I : November 2013
Tebal : 306 halaman
Peresensi : Aryudi A. Razaq, alumni Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura

Jalan Keselamatan Sastra

Written By Moh Wahyudi on Sabtu, 08 Maret 2014 | 20.58

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari seorang sastrawan religius, Aguk Irawan MN. Judulnya “Pesan Al-Qur’an Untuk Sastrawan, Esai-Esai Budaya dan Agama”. Dalam bukunya ini Aguk ingin menunjukan jalan sastrawan dalam berkarya itu selamat. Selamat itu dimaknai, sastrawan dan karyanya bermanfaat, menyebarkan rahmat. Selamat itu baik dirinya, orang lain dan karyanya, baik di dunia dan akhirat. Dan jalan keselamatan itu menurut Aguk berkaitan dengan landasannya berpijak pada sabda Tuhan, Al-Qur’an.

Aguk memulai tulisanya dengan menjelaskan bahwasannya sebelum Al-Qur’an turun, masyarakat Makkah sudah memiliki tradisi bersusastra. Namun kesusastraan mereka, amoral dan hedonis. Mereka menjadi masyarakat yang mengeksklusifkan diri, tercerabut dan mencerabutkan diri dari masyarakat. Salah satu kehadiran Al-Qur’an adalah melakukan kritik atas keberadaan sastrawan jenis ini.

Di sinilah kemudian Aguk menyebutkan Al-Qur’an memiliki perhatian terhadap sastrawan berikut karya sastranya. Ini dibuktikan dengan bagaimana Al-Qur’an menyebutkan kata penyair secara khusus dan jelas sebanyak 10 kali, dan dengan bentuk sinonimnya sekitar 60 kali dan secara istimewa, bahkan menyebut satu surahnya, dengan nama as-Syu’ara (26), berisi keistimewaan peran sastrawan.

Di dalam konteks historis, saat perang Muktah, perang antara pasukan Nabi dengan pasukan Romawi. Jumlah pasukan Nabi sangat sedikit. Ketika melihat pasukan Romawi yang begitu banyak, nyali Muslimin menjadi ciut, saat itulah Ibnu Rahwah tampil dengan puisi-puisi patriotiknya yang mampu mendobrak semangat juang pasukan Nabi, sehingga perang berhasil dimenangkan. Atas jasanya tersebut Rasulullah sering menatap sang penyair dengan wajah tersenyum dan berkata, “padamu semoga Allah memberi kemantapan hati.”

Namun di sisi lain, Allah berfirman, “Al-Qur’an bukanlah perkataan seorang penyair, sedikit sekali mereka yang beriman, juga bukan ucapan dukun…” (QS al-Haqqah; 41-42). Disini Aguk menunjukkan perbedaan bahwa Nabi bukan seorang penyihir juga bukan seorang penyair. Nabi adalah penerima kalamulah (Al-Qur’an).

Jadi ketika Al-Qur’an diturunkan kepada para penyair jahiliyah Makkah, Al-Qur’an menciptakan fungsi baru dalam kesusastraan. Al-Qur’an tidak menginginkan puisi hanya dipakai sebagai alat untuk mengkhayal ke lembah-lembah tanpa maksud kebaikan, atau hanya untuk mengumbar nafsu dan sejenisnya. Karenanya, Al-Qur’an hanya membenarkan puisi yang sejalan dengan kebaikan. (Hlm 37-38).

Dalam tulisan lain, Aguk mengkritisi keberadaan sastra pop Islam. Dalam hal ini Aguk memposisikan sebagai penengah. Aguk tidak menyetujui kalangan yang mengatakan sastra Islam atau sastra pesantren itu tidak ada. Namun begitu Aguk tidak menyetujui fenomena merebaknya sastra islami di pasaran sekarang adalah representasi sastra Islam. Itu bukan sastra Islam, melainkan sastra mujamalah (basa basi) Islam.

Bagi Aguk sastra islami adalah sastra membumikan nilai-nilai Islam, dengan berbagai substansinya, dan tidak berhenti pada teks sebagai eksplorasi estetis, namun juga mengutamakan isi. Sastra islami hadir semacam wudlu (pembersih) dari perjalanan peradaban yang karut marut oleh hedonisme. Aguk lalu mengkritik terhadap sastra Islam pop selama ini terjebak pada permukaan simbol-simbol Islam secara berhamburan, tanpa disertai dengan substansi penting dan hikmah. (Hlm 48-49).

Secara garis besar buku ini merupakan kumpulan tulisan yang pernah dipublikasikan penulisnya di berbagai media. Sub judulnya esai-esai budaya dan agama. Namun sejatinya tidak semua kumpulan tulisan ini merupakan bentuk tulisan esai, melainkan ada beberapa tulisan berjenis opini dan makalah. Kemudian tulisan naskah berbentuk esai tersebut secara garis besar adalah esai budaya dan agama. Padahal ada beberapa tulisan bertemakan politik dan ekonomi.

Buku ini dibagi dalam empat tema besar. Pertama antara sastra dan pesan agama, ini merupakan inti dari judul naskah buku ini berkaitan pesan Al-Qur’an untuk sastrawan. Kedua jati diri dan identifikasi lewat seni. Dalam tema ini buku ini mengetengahkan bagaimana seniman berseni berkaitan dengan jati diri, identitas berhadapan dengan kenyataan. Ketiga problem tekstualitas dan modernitas. Di sinilah beberapa tema pemikiran, sosial, politik dan ekonomi muncul secara tak sengaja dikaitkan dengan jenis esai budaya dan agama yang menjadi tema besar buku ini. Keempat ruang publik dan nasib humaniora. Tema ini mengungkapkan bagaimana kesenian dan senimannya berada di ruang publik dan atau menciptakan ruang publik yang diinginkannya manusiawi dan berperadaban.

Salah satu kelemahan buku ini, temanya bersebaran, kurang meluas apalagi mendalam. Namun buku ini sebenarnya tetap menarik, mengungkapkan jalan keselamatan bagi seorang sastrawan dengan pijakan kalam Tuhan, Al-Qur’an. Tentunya ini relevan dengan kondisi kesusastraan kita, berkaitan dengan munculnya berita sastrawan yang melakukan tindakan asusila dan polemik terbitnya 33 tokoh sastrawan berpengaruh di Indonesia, yang salah satu namanya diragukan pengaruhnya sebagai sastrawan.

Aguk dalam hal ini terlihat layaknya kebanyakan kalangan Nahdliyin, cenderung memilih tengah-tengah, menolak ekstrem kiri dan kanan, menolak terlalu liberal dan material, memunculkan spiritual. Oleh karenanya Aguk menolak sastra pop islami yang menjadikan sastra Islam islamnya basa basi. Dan Aguk menolak sastra kontemporer, sastrawangi, yang hanya menghadirkan pembebasan diri manusia untuk berlendir, menggumbar syahwat. ***

Judul Buku ; Pesan Al-Qur’an Untuk Sastrawan, Esai-Esai Budaya dan AgamaPenulis ; Aguk Irawan MN
Penerbit ; Jalasutra, Yogyakarta
Cetakan I ; 2013
Tebal Halaman ; X + 434 hlm
Peresensi: Muhamad Rifai, pemerhati buku, tinggal di Temanggung

NU Way Kanan Mulai Bikin Gedung

Way Kanan, NU Online
Doa dan keharuan mewarnai peletakkan batu pertama pembangunan kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung yang didirikan di Kampung Tiuh Balak I Kecamatan Baradatu.

“Pembangunan gedung NU ini tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi warga Nahdliyin. Terima kasih atas sumbangsih pemerintah daerah yang turut membantu," ujar Ketua PCNU Waykanan Nur Huda, Jumat (7/3).

Peletakkan pertama batu pembangunan kantor NU dilakukan oleh Bupati Waykanan Bustami Zainudin setelah pembacaan munajat kepada Allah SWT dengan berdiri menghadap kiblat yang dipimpin mantan Ketua PCNU Waykanan KH Chumaeri.

"Setelah 15 tahun Way Kanan berdiri jadi kabupaten, hari ini kita mulai pembangunan gedung NU. Saya patut berbangga hati karena terjadi di era kepemimpinan saya," kata Bustami.

Pada kegiatan yang dihadiri sekitar 1.000 warga nahdliyin itu, Bustami menyatakan pemerintah Kabupaten Waykanan menyumbang Rp 350 juta untuk pembangunan gedung tersebut. Jumlah bantuan itu, kata bupati menambahkan, sama dengan yang diberikan kepada ormas Islam lainnya.

"Dan dari saya pribadi, 100 sak semen. Untuk kepala-kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), saya perbolehkan juga untuk menyumbang semen, minimal 25 sak," ujar Bustami lagi.

Namun demikian, kata bupati mengharapkan, bantuan diberikan SKPD jangan semen semua. Bisa variatif kebutuhan material yang lain.

"Tidak ada orang yang bersedekah menjadi miskin. Partisipasi semua sahabat untuk selesainya gedung NU ini tentu sangat diharapkan," kata Ketua PCNU Waykanan Nur Huda menambahkan.

Hadir pada kegiatan itu sejumlah pemimpin pondok pesantren di Kabupaten Waykanan, seperti KH Nurcolis, KH Hanifan dan KH Fadholi dan Rais Syuriah PCNU Waykanan KH Abdurahman.

Adapun dari unsur eksekutif, terlihat Wakil Bupati Raden Nasution Husin,Sekdakab Bustam Hadori. Tampak pula Ketua MUI Bunyamin Sidik, Ketua PC GP Ansor Waykanan Supri Iswan dan jajaran beserta puluhan anggota Banser. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)


Teks Foto. Bupati Bustami Zainudin (pakaian biru) bersama jajaran pengurus PC NU Waykanan bergandeng tangan sebelum peletakkan pertama batu pembangunan kantor NU Kabupaten Way Kanan.

Harta dan Kewajiban yang Ada Padanya

Written By Moh Wahyudi on Kamis, 06 Maret 2014 | 20.05

Dalam shahih muslim dijelaskan ‘hati seorang yang tua akan selalu merasa muda karena kecintaannya kepada dunia’. Rasulullah Saw bersabda “andaikan anak keturunan Adam mempunyai dua lembah harta, tentu dia masih menginginkan lembah yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut keturunan anak Adam hanyalah tanah belaka”  (HR.Muslim)

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
 بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون
 
 Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia
                Manusia,kerap kali terlena dan ternina bobokan oleh kehidupan dunia. Api rayuannya yang sangat dahsyat,telah banyak menjerat penduduk dunia tanpa peduli siapa, di mana dan bagaimana seseorang harus terperangkap dalam jaring fatamorgana. Yang jelas, dunia selalu tersenyum, melihat dan menyaksikan yang lupa dan melupakan akan kehidupan lain.Walhasil,penduduk dunia ini lupa dan terlena,yang mereka kejar hanyalah dunia beserta isinya. Otak mereka sudah dipenuhi dengan 5 huruf,yakni HARTA.
                Zaman sekarang,dan bahkan dari dulu, segala sesuatu diukur dengan uang, keberhasilan seseorang diukur dengan uang, kesuksesan seseorang diukur dengan uang, bahkan kebaikan seseorang juga diukur dengan uang. Harta menjadi tolak ukur dari segala-galanya, kesopanan secara sepontan bisa muncul karena uang, sebaliknya kejujuran bisa pudar juga karena uang. Ironisnya, saudara kandung bisa lupa kalau keduanya terlahir dari rahim yang sama, juga karena uang. Seorang haji juga melupakan tetesan air mata taubatnya di baitullahjuga disebabkan uang. Para penerima amanah juga lupa dengan sumpahnya di bawah naungan Al-Quran, juga karena uang. Bahkan Allahpun ditipu juga karena uang. Na’uzubillah
                Dalam shahih muslim dijelaskan ‘hati seorang yang tua akan selalu merasa muda karena kecintaannya kepada dunia’. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada, maunya bertambah terus, terus, terus  dan terus mencari. Hal ini sudah tergambar jauh sebelum glamoritas bermunculan seperti sekarang ini. Rasulullah Saw bersabda “andaikan anak keturunan Adam mempunyai dua lembah harta,tentu dia masih menginginkan lembah yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut keturunan anak Adam hanyalah tanah belaka”  (HR.Muslim)
Hadirin yang berbahagia
                Sayangnya, setelah uang itu diraup dan dikumpulkan, mereka lupa bahwa ada kewajiban yang mesti dikeluarkan, yaitu zakat. Zakat tidak hanya dengan 2,5 kg beras atau uang  sejumlah 12.000 rupiah. Tetapi ada zakat lain,  yaitu zakat mal (zakat harta), zakat profesi, zakat perusahaan, zakat perniagaan dan lain sebagainya.
                Ketika kewajiban itu tiba, maka yang ada adalah keengganan mengeluarkannya. Banyak alasan yang kemudian dimunculkan, mulai ketidaktahunan dengan bagaimana cara menghitungnya, kepada siapa harus disalurkan, apa saja yang harus dikenakan zakat, dan lain sebagainya.
                Padahal sudah jelas-jelas dalam banyak firman suci-Nya Allah berfirman, di antaranya surat At-Taubah : 103;
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,dengan zakat itu kamu membersihkan [mereka dari kekikiran  dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda]dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Di lain ayat juga disebutkan :
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian[maksudnyaa yang tidak meminta-minta. (Qs,Az-Dzariyat:19)
                Kedua ayat di atas, secara tegas dan jelas menyatakan bahwa ada hak fakir miskin/kaum dhua’fa di dalam harta orang-orang kaya atau muzakki. Bahkan pada ayat surat At-Taubah tadi Allah Swt nyatakan dengan kalimat ‘amr (perintah) ‘ambillah’, maka hukumnya wajib. Dalam terminologi fikih,wajib diartikan
يثاب على فعله ويعاقب على تركه
Dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan/tidak dikerjakan mendapat dosa’. Maka, tidak ada alasan bagi mereka yang diberikan kelebihan harta, untuk tidak mengeluarkan zakatnya.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah
                Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan, bahwa harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, kelak di akirat akan berubah menjadi ular bermata satu. Ular itu melilit leher tuannya seraya berkata’aku adalah hartamu ’aku adalah uangmu yang haknya tidak engkau berikan kepada mereka yang berhak menerimanya’.
                Entah apa sebabnya, sudah puluhan ayat dan hadits disampaikan oleh para muballihg, para ustad, para penceramah atau mungkin sudah membacanya sendiri dari kitab tafsir maupun hadits, Namun manusia tetap enggan melakukannya, tetap berat mengeluarkan zakatnya dan tetap tidak mau tahu akan kewajibannya. Kesemuanya ini sudah menjadi fenomena rakyat Indonesia. Dan ini menjadi bagian dari tanggung jawab kita bersama.
                Kalaulah ada undang-undan yang membolehkan ’memerangi’ orang-orang kaya yang enggan mengeluarkan zakatnya, sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Siddiq, niscaya tidak akan ada orang kaya/mampu/berprofesi enggan membayarkan zakatnya,karena takut diperangi.
Saudara-saudara...kenapa semuanya terjadi!
                Jawabannya sederhana,mereka terkena penyakit حب الدنيا وكره الموت  , senang kepada dunia dan benci akan kematian’ akibatnya hati mereka tertutup dengan hidayah Allah.Yang ada hanyalah keuntungan dan keuntungan. Sementara jika berzakat, yang nampak hanyalah kerugian, rugi karena harus mengeluarkan sebagian hartanya. Padahal hanya2,5%nya saja. Artinya, hati mereka sudah berkarat dan berkerak. Padahal jelas, bahwa setelah ayat perintah berzakat  خذ من أموالهم  ada lanjutan lagi berupa janji Allah, yakni membersihkan harta dan jiwa mereka  تطهرهم وتزكيهم بها juga akan mebuat hati mereka tentram. Subhanallah, tidak ada yang lebih diinginkan oleh seorang hamba Allah, kecuali ketentraman hati dan jiwanya. Maka jangan heran, kalau ada orang miskin yang nampak tenang, senang dan menang. Sementara orang kaya terlihat resah dan gelisah.
                Sebagai akhir dari khutbah ini, khatib mengajak jamaah sekalian, untuk sama-sama memahami filosofi seorang tukang parkir. Ketika ada mobil mampir di arena parkirannya, ia sangat senang dan gembira, karena ada rezeki yang menghampirinya, mulai dari satu mobil, kemudian dua dan seterusnya. Bahkan tak jarang mereka bisa mengendarai segala jenis mobil yang menitip di wilayah parkirannya. Akan tetapi, ia hanya bisa memandang dan menjaganya, atau sekedar menghantarkan atau memidahkannya, tidak lebih dari itu. Kemudian, ketika si tuan mobil mengambil mobilnya, dengan iklas si tukang parkir mempersilahkannya, karena memang mobil itu bukan miliknya.
                Saudaraku...,ketika kita menyadari bahwa harta benda adalah titipan Allah, niscaya keengganan untuk berzakat akan tertepis dengan sedirinya. Sudah banyak bukti, kalau Allah menginginkan kembali hartaNya dari seorang hamba, Ia hanya berkata kun fayakun. Mudah-mudahan, Allah Swt selalu meberikan kasih sayang-Nya kepada kia semua. Amin ya rabbal ‘alamin
هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم 
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
(Red. Ulil H/ Sumber: Kumpulan Khutbah Zakat, Dirjend BIMAS, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Kementerian Agama RI 2012)

Upaya Meraih Rahmat Allah swt

Dalam konteks kekinian rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran sebagai alas shalat jum’at. wal hasil sekecil apapaun amal itu tidak boleh kita sepelekan.
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون   
Materi khotbah kali ini merupakan penjabaran dari istilah rahmat dalam ayat Az-Zumar 53 yang berbunyi:
 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bahwasannya kita semua dilarang untuk merasa putus asa atas rahmat Allah swt. Bagaimana kita akan putus asa kalau kita sendiri tidak memahami rahmat itu sendiri. Oleh karena itulah tema khotbah kali ini akan lebih banyak membicarakan hal tersebut.
 Sebuah kisah yang berdasarkan pada hadist Rasulullah saw dari cerita Malaikat Jibril “sungguh dahulu pernah ada seorang hamba (‘abid) yang tinggal seorang diri di sebuah gunung paling tinggi di dunia. Begitu tingginya gunung itu, sehingga aku (jibril) sering melaluinya ketika hendak turun dari langit melaksanakan titah dari Yang Maha Kuasa. Gunung itu tidak begitu luas, tetapi cukup lengkap persediaan bahan makanan dan buah-buahan juga air terjun yang menyegarkan. Hal itu mempermudah ‘abid menjaga perut dari kekosongan dan memudahkannya berwudhu sehinga ia selalu dalam keadaan suci.
Di atas gunung yang sangat indah itu, ‘abid hidup selama lima ratus tahun. Ia tidak punya kegiatan, selain beribadah, bermunajat, dan berdo’a, tidak pernah terlintas dibenaknya untuk berbuat dosa dan mendurhkai-Nya. Salah satu do’a yang dikabulkan Allah swt adalah permohonannya setiap saat untuk mati dalam keadaan sujud. Demikianlah, akhirnya ‘abid meninggal dunia dalam usia limaratus tahun.
Setelah kematiannya Allah swt berkata kepadanya ‘wahai hambaku karena rahmat-Ku, kau akan segera aku masukkan ke dalam surga’.  Mendengar pernyataan tersebut si ‘abid berubah mukanya, terkesan tidak terima. Karena ia merasa bahwa amal-ibadahnnya selama lima ratus tahun tanpa dosa lah yang menyebabkannya layak masuk ke surga. Bukan semata karena rahmat-Nya. Demikian protes ‘abid kepada Allah swt.
Mafhum apa yang dimaksud oleh si ’abid. Maka segeralah Allah menugaskan seorang malaikat untuk menghitung dan menimbang seluruh amal-ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa yang diandalkannya sebagai modal meraih sorga. Kemudian ditimbangnya amal tersebut dibandingkan dengan rahmat pemberian-Nya. Ternyata rahmat Allah swt yang diberikan kepada ‘abid yang terdapat dalam mata (termasuk di dalamnya kemampuan melihat) saja jauh lebih berat nilainya dibandingkan dengan ibadahnya selama lima ratus tahun. Belum nikmat anggota badan yang lain, otak, kaki, tangan, dan seterusnya.
Maka sesuai dengan protes yang diajukannya, Allahpun memerintahkan malaikat untuk menyeret si ‘abid ke dalam neraka. Karena nilai amal-ibadahnya jauh lebih ringan dari pada rahmat yang terdapat pada mata. Ketika itulah si ‘abid baru sadar ternyata kebergantungannya pada amal tidak dapat menyelamatkannya. Segera ia meminta ampunan dan mengakui akan segala kesalahan dan kesombongannya. Ia terlalu mengandalkan amal ibadahanya dan mengabaikan rahmat-Nya.
Akhirnya Allah mengampuninya dan sekali lagi menanyakan kepada si ‘abid “apakah engkau masuk surga ini karena amalmu?’ si ‘abid menjawab “tidak ya Allah Tuhanku, sungguh ini semua karena rahmat-Mu”.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Cerita di atas membuktikan betapa hidup manusia ini sangat tergantung pada rahmat Allah swt sebagai pengatur alam jagad raya. Ia-lah yang menentukan semuanya. Ia berhak melakukan apapun kepada makhluk-Nya. Sebagai Sang Pencipta, sebagai Sang Maha Kuasa, Dia bebas menyiksa dan mengganjar siapa saja yang Ia mau. Tidak ada yang dapat membatasi gerak-Nya. Ketundukan atau kedurhakaan kita kepada-Nya tidaklah mampu menggeser kekuasaannya walau sedikitpun. Oleh karena itulah hidup semua makhluk ini sungguh-sungguh tergantung paa rahmatnya, bukan pada kesalehan amal ibadah kita.
Oleh karena itulah kita diajari sebuah do’a yang sangat masyhur:
ارحمنا ياالله لان رحمتك أرجى لنا من جميع أعمالنا, واغفر لنا ياالله لان مغفرتك اوسع من ذنوبنا
Irhamna ya Allah, lianna rahmataka arja lana min jami’i a’mlina. Waghfir lana ya Allah, lianna maghfiratakan ausa’u lana min dzunubina.
Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampuanan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami. 
Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang lemah tidak dibenarkan terlalu merasa aman dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan. Karena hal itu tidak serta merta mampu menyelamatkan diri kita. Karena keselamatan dan pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya.
Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia merasa nyaman dengan tumpukan dan penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan harapan amal-ibadah itu akan menyelamatkannya dari api neraka. Sebuah kisah masyhur dari kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang al-Ghazali. Diceritakan bahwa Imam Ghazali tampak dalam mimpi, maka ia ditanya “apa yang Allah lakukan kepadamu?” lalu ia menjawab “Allah membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah berkata, Kenapa Engkau dihadapkan kepada-Ku, apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi Allah menjawab “sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal-ibadahmu, kecuali satu amal pada suatau hari ketika kamu membiarkan sesekor lalat hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan kepada lalat itu”. Kemudia Allah berkata “wahai malaikat, bawalah hambaku ini ke surga”.
Fragmen Al-Ghazali ini menunjukkan kepada kita bahwa posisi rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia bisa terdapat bentangan amal kita yang tidak kita ketahui persisnya. Beratus-ratus kitab karya al-Ghazali, bertahun-tahun ibadahnya, tetapi rahmatnya malah terdapat di tinta pada ujung penanya? Bukankah secara logika ratusan karya itu lebih bernilai? Tidak demikian. Rahmat-Nya tidak dapat dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena rahmat itu adalah hak prerogatif milik-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Oleh karena itulah tidak dibenarkan bagi kita untuk menilai rendah sebuah amal ibadah. Walaupun itu sekedar menghindarkan duri dari tengah jalan. Karena bisa saja amal itu yang dirahmati Allah swt. Kita tidak boleh meremehkan amal walau sekecil apapun siapa tahu itulah yang akan menyelamatkan kiat di akhirat nanti Bukankah Sayyidina Umar masuk surga karena sekedar menyelamatkan burung emprit yang dibelinya dari seorang anak kecil yang menyiksa burung itu? cerita ini kemudian diabadikan dengan sebutan kitab úsfuriyah. Begitu sebaliknya. Kita tidak dibenarkan pula menyombongkan amal ibadah walau sebesar apapun amal tersebut. Karena belum tentu amal itu mengandung rahmat-Nya.
Jama’ah Jum’ah yang Disayangi Allah
Dalam konteks kekinian rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran sebagai alas shalat jum’at. wal hasil sekecil apapaun amal itu tidak boleh kita sepelekan.
Hal ini tentunya akan mengajak kita memandang fenomena akan lebih hati-hati dan tidak mudah syu’ud dhann. Janganlah kita mudah buruk sangka dan memandang remeh kepada pekerjaan orang lain. Tukang sayur yang mangkal setiap pagi, tukang loper koran, tukang ojek dan tukang-tukang lain yang sering kita nikmati jasanya tanpa kita kenal profilenya dengan dekat, bahkan seringkali kita jadikan kambing hitam, bisa jadi pekerjaan merekalah yang mengandung rahmat Allah swt dibandingkan pekerjaan kita.
Akhirul kalam, bahwasannya manusia tidak boleh berputus asa untuk terus memburu rahmat Allah, karena sesungguhnya rahmat itu amat luasnya, hanya kebanyakan manusia tidak memahami hikmah dibalik itu semua.
Demikianlah khotbah jum’ah kali ini semoga membawa banyak man’faat. Minimal meyakinkan pada diri kita agar tidak mudah memandang remeh pada amal-amal kecil dan juga amal-amal orang lain. 
هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم 
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
(Redaktur: Ulil H)

Islam untuk Perdamaian dan Peradaban

Oleh Raja Yordania Abdullah II
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim
Assalamu Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh
“Terima Kasih”. Adalah suatu kehormatan bagi saya untuk mendukung Nahdlatul Ulama dalam tugasnya berdakwah. Kepada Anda semua-komunitas muslim Indonesia yang hebat, untuk seluruh sahabat dari berbagai keyakinan, dan kepada seluruh bangsa Indonesia, saya sampaikan salam Yordania dan salam dari seluruh rakyatnya.

Perkenankan saya menyampaikan rasa duka cita yang mendalam di tahun ini atas wafatnya seorang anak bangsa dan tokoh umat yang terkenal, Yang Terhormat Rais Aam PBNU KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh.

Dan juga saya menyampaikan rasa simpati mendalam kepada para korban bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia. Kami berdoa agar segala sesuatunya kembali pulih dengan cepat dan menyeluruh.

Yang Terhormat  Bapak Ketua, Yang Terhormat para Tokoh Masyarakat, Yang Mulia para Duta Besar, Saudara-saudara dan Saudari-saudariku

Jauh sebelum modernisasi mendunia, terdapat suatu umat; masyarakat muslim dunia. Dan jauh sebelum adanya teknologi-teknologi modern yang mendekatkan budaya-budaya yang saling berjauhan, Islam telah mengajarkan kerukunan antarmanusia dan kesamaan martabat bagi semua orang.

Ini adalah pesan dari Islam yang tradisional, bertoleransi, beragam, dan berdasarkan pada mazhab. Pesan itu dipersembahkan untuk rasa cinta pada Allah, mengikuti Nabi Muhammad SAW, berusaha untuk hidup dalam kebajikan, dan memperlakukan orang lain dengan kebaikan dan keadilan.

Semangat Islam dan nilai-nilai sosialnya sangat penting untuk masa depan bumi. Setiap muslim mempunyai peranan terutama para pemuda dan pemudi untuk membantu mengarahkan masa depan kemanusiaan. Dan juga untuk bekerja sama dengan yang lain dalam memecahkan segala masalah, menghadapi segala tantangan, dan menangkap setiap peluang.

Yang memprihatinkan saat ini, ada kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik kembali kemajuan ini dengan menghasut agama dan konflik etnis.  Pada krisis Syria, kita melihat adanya eksploitasi perpecahan sekte untuk membenarkan tindak kekerasan dan mempertahankan kekuasaan. Tapi kawasan kita tidak sendiri. Bahaya akibat konflik agama mengancam seluruh umat, bahkan lebih dalam lagi, seluruh kemanusiaan. Dan kita harus menanggapinya.

Dimulai dengan menyuarakan lebih kuat untuk Islam yang tradisional dan moderat. Saya mengetahui banyak dari Anda dan banyak juga di seluruh Asia yang sedang berusaha mencapai tujuan ini. Ini juga merupakan tujuan dari “Amman Massage” (Pesan Amman), yang dengan bangga kami resmikan sepuluh tahun lalu. Inisiatif ini menegaskan kembali ajaran-ajaran Islam dalam hal toleransi, kekhusyukan kepada Allah, belas kasih dan perdamaian antarmanusia.

Kita melaksanakan Amman Message dengan jangkauan secara global. Saya bersyukur kepada bangsa Indonesia yang telah menjadi rekan kami dalam usaha ini. Hasilnya merupakan kesepakatan bersejarah dari para cendekiawan muslim di seluruh dunia-yang pertama terjadi dalam 1400 tahun-menyepakati siapa muslim sungguhan, melarang pengafiran pihak lain, dan secara terang-terangan mengakui keabsahan delapan mazhab dalam Islam yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, Ja’fari, Zaidi, Abadhi, dan Zhahiri.

Tiga pasal dari Amman Massage mengulas mengenai klaim palsu dari orang-orang yang ingin mengeksploitasi agama untuk memecah-belah kita.  Seperti firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran; bismillah arrahman arrahim. Innamal Mukminuna Ikhwatun. Fa ashlihu baina akhawaikum. Wattaqullaha la’allakum tuflihun. Shadaqallahul azhim.

***

Saudara-saudara dan Saudari-saudariku,

Pada musim panas lalu, para pemimpin dan cendekiawan muslim dari seluruh dunia bertemu di Amman, dan dengan tegas mengutuk para penghasut yang menyebabkan konflik (fitnah) antara pengikut sekte Sunni-Syiah. Para pemimpin mengakui bahwa prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai Demokrasi dapat saling melengkapi satu sama lain. Dan bahwa contoh yang paling layak dari negara Islam yang dapat hidup terus dan berkelanjutan adalah negara yang mengabdi pada rakyatnya, didirikan di atas lembaga-lembaga yang mengutamakan musyawarah dan keadilan. Negara-negara tersebut menekankan kebebasan berpendapat dan berkeyakinan, dan kesucian darah manusia.

Tergantung pada kita untuk mengenalkan pengetahuan ini ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi, masjid, media, dan lain sebagainya. Kita harus terus bekerja sama-seperti yang sedang kita lakukan di sini hari ini-untuk memajukan ajaran-ajaran Islam yang kita cintai;  untuk merangkul yang lain; dan menyatukan yang terpecah-belah.

Bersama-sama, kita juga memiliki peran langsung dalam mengatasi krisis di Syiria.  Seperti di masa lampau, Yordania telah bertindak dengan belas kasih untuk menolong ratusan ribu keluarga-keluarga. Sesungguhnya, sampai hari ini negara kami sudah menampung lebih dari 600,000 pengungsi Syiria. Beban kemanusiaan ini membutuhkan pertolongan global.

Sebagai anggota dari Organisasi Kerja Sama Islam, kita harus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan, mengakhiri pertumpahan darah, dan membantu semua pihak mencapai solusi politik yang damai antara lain menjaga kesatuan Syiria dan keutuhan wilayahnya; dan mencapai aspirasi rakyat Syria.

Dan yang tetap penting adalah kita mampu menyelesaikan krisis kawasan saya yang telah berlangsung lama yaitu konflik Palestina-Israel. Ekstremisme semakin berkembang dengan memanipulasi penderitaan dan keputusasaan. Suara bersama dari dunia muslim dan Organisasi Kerja Sama Islam, memberikan pesan alternatif. Yordania, Indonesia, dan 55 anggota OKI lainnya dengan suara bulat telah mengadopsi Inisiatif Perdamaian Arab, untuk penyelesaian akhir, menyelesaikan semua masalah-masalah terakhir, berdasarkan solusi dua-negara. Bersama-sama, kita tidak boleh menyerah dalam mencari negosiasi menuju masa depan yang damai dan adil, dengan negara Palestina yang berdaulat, merdeka dan berkelanjutan, merujuk pada kesepakatan batas wilayah 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

***

Sahabat-sahabatku,

Masyarakat dunia memiliki kesamaan dalam hal kemanusiaan. Semboyan negara Indonesia "Bhinneka Tunggal Ika” berlaku bagi kita semua. Kita diimbau untuk bersungguh-sungguh mengenai dialog global dan pemahamannya. Allah berfirman dalam kitab suci Al-Quran; Bismillah arrahman arrahim. Ya ayyuhannasu inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa. Wa ja’alnakum syu’ubaw wa qaba’ila lita’arafu. Inna akramakum indallahi atqakum. Innallahu alimun khabir. Sadaqallahul azhim.

***

Saudara-saudara dan Saudari-saudariku,

Konferensi Anda hari ini merupakan suatu perayaan dari pentingnya saling pengertian. Yordania juga merasa ini sebagai tanggung jawab khusus. Dari rumah kami yang merupakan tanah suci dari tiga agama, kami telah menjangkau dunia.

Inisiatif “A Common Word" (Kalimatun Sawa’) yang telah menyatukan umat Kristen dan muslim secara berkelanjutan, mencerminkan pengakuan bersama dari firman-firman emas kedua agama: untuk mencintai Allah dan mencintai sesama. Ada juga banyak inisiatif lain antaragama di mana kami diberi kehormatan untuk  menjadi pelopor baik di Yordania, di kawasan dan dunia termasuk konferensi kami di musim panas lalu tentang Arab Kristen, forum Katolik-Muslim dunia, Taman Nasional untuk situs pembaptisan Yesus Kristus AS, dan banyak lagi.

Resolusi Yordania untuk "World Interfaith Harmony Week" (Minggu Harmonisasi Antariman Dunia) dengan suara bulat disahkan Majelis Umum PBB. Tahun ini, insya Allah, saya akan menyerahkan sebuah penghargaan baru untuk acara terbaik pada World Interfaith Harmony.

Kami melakukan hal-hal ini dan inisiatif lainnya, tidak hanya merupakan tugas kami sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai penjaga situs-situs suci muslim dan umat Kristen di Yerussalem, tetapi juga sebagai bakti kami untuk umat, mengutip istilah fardu kifayah.

***

Sahabat-sahabatku,

Saat kita dan yang lainnya mencapai suatu kesepakatan bersama dan rasa saling hormat, kita sedang membangun masa depan yang layak untuk anak-anak kita.

Di mana ada konflik, dialog dapat membawa perdamaian. Di mana ada damai, dialog dapat membawa harmoni. Di mana ada harmoni, dialog dapat membawa persahabatan. Dan di mana ada persahabatan, dialog dapat membawa tindakan bersama yang menguntungkan.

Ini adalah tugas Anda di sini hari ini, dan juga adalah tugas kita bersama di hari-hari mendatang. Yordania berdiri bersama Anda, untuk kebenaran, toleransi, dan rasa saling menghormati. Wallahu waliyyut taufiq. Wassalamu alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

*) Diterima dari staf Duta Besar Yordania di Gedung Jakarta Convention Center (JCC) dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia. Raja Abdullah bin Al-Hussein (Abdullah II) menyampaikan teks pidato ini dalam bahasa Inggris di hadapan sedikitnya 500 hadirin saat pembukaan Multaqa Sufi yang diselenggarakan PBNU di JCC, Rabu 26 Februari 2014.

Seruan Syuriyah PBNU Terkait Bencana Alam di Indonesia

بسم الله الرحمن الرحيم. ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nyata kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan-tangan manusia sendiri, agar supaya mereka merasakan akibat sebagian dari apa-apa yang mereka perbuat, semoga mereka kembali ke jalan yang benar (QS/Rum [30]: 41)

1. Memperhatikan bertubi-tubi dan meratanya bencana alam (seperti: banjir, kebakaran, dan letusan gunung), dengan segala akibat yang diderita, terutama oleh mereka rakyat lemah di lapis bawah;
2. Memperhatikan berbagai bencana sosial (seperti: intoleransi dan kebencian antar kelompok, kekerasan dan sadisme) dan puncaknya berupa kejahatan korupsi dan kesewenang-wenangan oleh para pemegang amanat, di hampir semua sektor dan semua lini;
3. Mengingat bahwa pada dasarnya masyarakat dan  bangsa Indonesia adalah manusia-manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta;
4. Memperhatikan bahwa, seperti difirmankan Allah dalam kitab suci-Nya, bahwa ”Segala kerusakan yang muncul di bumi ini merupakan akibat langsung maupun tidak langsung dari ulah tangan manusia-manusianya sendiri” (QS/Rum [30] /41).

Maka Kami Menyerukan;
Kepada segenap warga bangsa Indonesia, terutama para pemimpinnya di semua sektor dan tingkatan, untuk:
1. Mengingatkan dan menyadarkan diri masing-masing, bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara; semua kita akan dipanggil kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan setiap ucapan dan amal perbuatan kita, sesuai niat dan akibat-akibat yang ditimbulkannya;
2. Bahwa semua kekayaan dan kekuasaan yang kita raih di dunia, akan disidik dan dimintai pertanggunggjawaban; dengan cara apa dan bagaimana diperoleh, serta untuk kepentingan apa dan siapa dimanfaatkan;
3. Bahwa setiap amal-perbuatan yang kita lakukan selama hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya; sekecil apa pun kecurangan yang kita lakukan, dan sekecil apa pun kebajikan yang kita perbuat, akan kita lihat dan rasakan balasannya.
4. Bahwa dosa yang kita perbuat terhadap sesama (seperti: kesombongan, fitnah, penganiayaan, kesewenang-wenangan,  korupsi, serta pengrusakan alam lingkungan), adalah dosa yang Tuhan sendiri tidak akan mengampuninya, selama pihak-pihak atau masyarakat yang dirugikan  dan menjadi korbannya belum memaafkan terlebih dahulu.
5. Karena itu, selagi masih ada kesempatan, dan tidak seorang pun tahu kapan ajal tiba, segeralah kita bertobat; menyesali dan menghentikan segala kecurangan dan dosa kita, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama manusia dan lingkungan alam kita.
6. Selagi masih ada kesempatan, marilah kita melakukan perubahan, dengan berjanji kepada diri kita masing-masing untuk tidak mengulangi lagi dosa dan kesalahan kita, terhadap sesama warga bangsa dan kepada Allah Tuhan yang Maha Pencipta.
7. Marilah, dengan penuh kesadaran dan tekad yang kuat, kita melakukan perubahan menuju kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih beradab, lebih bertanggungjawab, dengan mengutamakan kemaslahatan dan kejayaan bagi sesama warga bangsa dan segenap umat manusia.
8. Tidak ada bangsa yang dianugerahi bumi dan lingkungan alam sedemikian luas, kaya dan indah seperti kita bangsa Indonesia. Marilah setiap dan semua kita mensyukurinya dengan berbuat yang terbaik untuk kemakmuran dan kelestariannya; jauhkan setiap tindakan yang dapat merusaknya, demi kemaslahatan dan kejayaan kita dan anak cucuk kita semuanya, esok dan seterusnya - dalam bimbingna hidayah dan ridlo-Nya.
9. Kepada warga Nahdliyyin khususnya dan umat Islam Indonesia umumnya, diminta untuk memperbanyak istighfâr dan istighâtsah; memohon ampunan, bimbingan serta pertolongan Allah SWT. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang merahmati dan melindungi kita, bangsa, dan negara kita; menolong kita untuk segera bangkit dari keterpurukan, menuju kejayaan yang dicita-citakan oleh para pendiri negara dan rakyatnya. Semoga Allah SWT tidak menguasakan atas kita, karena dosa-dosa kita, kepada mereka yang tidak takut kepada-Nya dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kita. Amin!

Jakarta; 3 Maret 2014 M/1 Jumadal Ula 1435 H

Warga NU Gembira Ketua Muhammadiyah Ikut Tahlil

Acara tahlilan 40 hari wafatnya Almaghfurlah KH MA Sahal Mahfudh di Kajen-Margoyoso-Pati yang digelar pada Selasa (4/3) malam sangat meriah. Kemeriahan ini terasa ketika banyak tokoh nasional datang dari Jakarta, baik dari PBNU dan MUI, maupun para pengurus NU dari berbagai daerah. Bahkan, beberapa pengurus NU dari Jawa Timur datang tiga hari sebelumnya.
Momentum ini lalu diabadikan oleh banyak orang dan dipublikasikan melalui berbagai media sosial. Misalnya, M. Saiful Akhyar, salah satu guru senior di Madrasah Mathaliul Falah Kajen. Di akun facebook-nya Saiful meng-upload foto-foto tahlil 40 hari almaghfurlah KH MA Sahal Mahfudh Kajen Pati. Spontan foto-foto ini diteruskan oleh banyak facebooker melalui akun mereka masing-masing.
Pada foto pertama di akun M. Saiful Akhyar tampak Gus Qoyyum Lasem dan Gus Rozin (Shohibul Bait) dan kedua bersama Habib Muhammad Aidid. Tentu yang menarik adalah foto ketiga. Ya, tampak Ketua Umum PBNU Dr KH Said Aqil Siroj dan Ketua Umum Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin sedang khusyuk mengaminkan doa yang dipimpin Habib Muhammad al-Aidid dari Tayu.
Foto ketiga itu pun banyak disukai dan mengundang banyak komentar. Banyak yang menyatakan senang, dua pemimpin organisasi besar duduk bersama, meskipun kelihatannya Pak Din Syamsuddin datang dalam kapasitasnya sebagai ketua Umum MUI menggantikan Kiai Sahal.
Namun foto Said Aqil bersampingan dengan Din Syamsuddin lebih dilihat sebagai representasi dari dua pemimpin ormas Islam terbesar di Indonesia: NU dan Muhammadiyah.
Aku facebook Syafiq Hasyim misanya menulis. “Ikut share foto yang enak dipandang mata dan tentram dirasa hati. Dua pemimpin ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, duduk bareng mendoakan kyai Sahal yang sudah 40 hari meninggalkan kita. Apabila digabungkan, jumlah pengikut dua Ormas ini akan lebih besar dari jumlah penduduk Mesir, Saudi apalagi Malaysia…” Syafiq adalah salah seorang pemimpin cabang istimewa NU di luar negeri.
Yang menarik, Said Aqil dan Din Syamsuddin datang dan berdoa dalam kegiatan tahlil 40 hari Kiai Sahal. Yang lebih menarik lagi di depan keduanya terlihat banyak plastik berisi makanan atau berkat yang diperuntukkan bagi para jamaah tahlilan. Tahlilan dan jamuan makanan dari keluarga yang meninggal dunia biasanya dianggap tabu oleh kalangan Muhammadiyah, termasuk dalam kategori bid’ah.
Dalam akun facebook seseorang bernama Arby Ubay berkomentar, “Alhamdulillah... Tokoh sekaliber Din Syamsudin hdr di tengah2 poro kyai yg sdng tahlil dn bc yasin dlm 40 hri wafat Hadrotussyeh Yai Sahal. Kt sbgai orang NU kudu bangga dn slalu mndoktrin untuk slalu mngajarkn kpd sesama bhw 7(nujuh hr) 40 (matang puluh) adalah tdk cm sekedar kirim doa tp lebih sebagai ibadah yg di dlmnya memuat berbagai kemnfaatan yg luar biasa mnyatukn kekuatan dr sebuah keyakinan antara Muhammadiyah dn Nahdliyah... Sy jd ingat: Gus Dur nate dawuh... Biarkan mereka dgn wadahnya tapi.... Amaliyahnya seperti kita (NU).....”
Tahlil 40 hari Kiai Sahal Mahfudh di Kajen dipimpin Habib Muhammad al-Aidid dari Tayu dan doa pamungkas dipimpin oleh KH Said Aqil Siroj. Tak kurang dari 6500 orang hadir terutama para santri dan jamaah tahlil juga datang dari Kajen dan sekitarnya. Selain itu, para santri juga turut serta dalam acara ini. Usai tahlil, sebagian jama’ah melanjutkan khataman Al-Qur’an malam ke-40 di makam Almaghfurlah yang berada di kompleks maqbarah Syekh KH Ahmad Mutamakkin. (Ali Musthofa Asrori/Anam)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Nahdliyin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger