I. ABU ABDULLAH AS SYARQY
( MUSY’IL AL QOHTHONY )
Beliau seorang yang hafal Al Qur’an Al Karim, dan beliau adalah salah satu mahasiswa di Kuliyah Sar’iyyah di Ahsa’ dan termasuk orang yang mempunyai ilmu syar’ie.
Akhlaqnya yang mulia sungguh menakjubkan, sifatnya mulia, ketenangan jiwanya yang mengherankan, dan kewibawaan yang Allah berikan kepadanya. Jikalau engkau melihatnya maka engkau akan melihat pancaran cahaya ketaatan keluar dari wajahnya. Beliau termasuk orang yang ikut serta teman-temannya berjihad di Afgahanistan memerangi Rusia dan Komunis. Beliau berjihad bersama kakaknya, dan kakaknya telah terbunuh disana sebagai syuhada’.
Setelah terbunuhnya sang kakak, beliau pulang kembali ke orang tuanya di kota Al Jabil di daerah timur dan beliau melanjutkan kuliah di Universitasnya sampai ibunya wafat – semoga Allah merahmatinya -.
Dahulu beliau sering merayu ibunya untuk diijinkan berangkat ke Bosnia, akan tetapi ibunya tidak mengijinkannya. Kemudian beliau meminang seorang perempuan dari keluarga baik-baik, beliau memberikan tenggang waktu untuk melaksanakan akan nikah, akan tetapi Allah menolak rencana itu dan menikahkan beliau dengan Hurun ‘Iin.
Ketika beliau berada pada semester akhir di Universitasnya, beliau sudah tidak sabar lagi ketinggalan jihad dan beliau mengikuti berita-berita para mujahidin disana. Lalu beliau mengemasi kopernya bertepatan masuknya bulan Romadhon yang mubarok pada tahun 1415 H. dan beliau ingin menghabiskan bulan yang mulia ini di sana – Bosnia -. Kemudian beliau bertemu dengan salah seorang teman yang menemani beliau ke Ibu Kota Kroasia yaitu Kota Zaghrob. Ketika beliau menginap di sebuah Hotel selama tiga hari, selama menginap disana ada kejadian yang luar biasa yang beliau alami, yaitu bertemu perempuan yang cantik.
Akhirnya beliau memutuskan tinggal di Hotel selama tiga hari bersama temannya. Ternyata disana ada seorang perempuan yang bekerja di Hotel itu. Perempuan tersebut mengagumi kepribadiannya, yaitu ketika ia melihat jenggot beliau yang lebat dan parasnya yang tampan, maka perempuan itu mulai merayu dan menggodanya. Akan tetapi Allah menjaganya dari perbuatan keji perempuan tersebut hingga berlalu selama tiga hari. Kemudian perempuan tersebut datang untuk memamerkan dirinya di ruang tunggu. Perempuan itu berkata kepada lelaki – saudara - tersebut : “ Jikalau aku menginginkanmu sungguh aku akan menggodamu seperti aku telah menggoda sepuluh lelaki lain sepertimu “. Akan tetapi lelaki tersebut pergi dan berlalu begitu saja meninggalkan perempuan itu. Dan melajulah ia dengan mengendarai pesawat terbang menuju Bandara Seblit. Sesampainya di Bandara beliau menyewa Bus untuk masuk ke Bosnia, maka Allah pun memudahkan jalan masuk baginya sampai bumi yang diidam-idamkannya selama ini untuk dimasuki, dan itu bertepatan dengan ketentuan yang Allah tetapkan pada ajalnya pula ( “ Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati “. QS. Luqman : 34). Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau ketika masuk ke Bosnia, hampir-hampir beliau tidak dapat menceritakannya – karena sangat gembira –, apakah benar beliau telah masuk bumi jihad ? apakah benar bahwa beliau akan memerangi musuh-musuh Allah Serbia ? apakah benar beliau akan dapat ribath ? dan …. Dan ….., ya ! semua itu benar.
Beliau pergi ke daerah Turofnik dan bergabung dengan para mujahidin di sana. Tempat mujahidin berada di dalam sebuah rumah yang sederhana yang terletak di sebuah desa kecil, di desa itu terdapat beberapa Masjid dan desa tersebut berdekatan dengan Serbia.
Beliau memulai kegiatannya seperti halnya hujan, yaitu beliau mengajar anak-anak surat Al Fatihah dan sholat. Beliau juga mengajar yang dewasa. Demikianlah kegiatan beliau jika sedang berada di desa, hingga penduduk desa mencintai beliau. Bahasa tidak menghalangi beliau – untuk berdakwah – cukup dengan niat yang jujur mengajar mereka dengan bahasa isyarat. Dan jika beliau berada di Front maka beliau banyak bergaul dengan orang-orang Bosnia untuk berdakwah kepada Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada mereka sesuai kemampuan yang beliau miliki.
Beliau melakukan kegiatan seperti itu terus-menerus sampai akhir bulan Romadhon yang mubarok, hingga datanglah orang yang memanggil “ Wahai pasukan Allah majulah “. Hingga datang amaliah di Gunung Falasyij As Syahiroh, yaitu di puncak Gunung yang amat tinggi dan strategis yang dikuasai oleh Serbia. Dan berkali-kali mereka menyerang kaum muslimin dengan menggunakan Mortar dari atas puncak Gunung. Maka para mujahidin pun mengadakan persiapan untuk menghadapi peperangan yang sangat menentukan itu.
Para mujahidin menggunakan strategi memasuki daerah Serbia dengan mengambil jarak tiga kilo meter sebagaimana yang diceritakan oleh orang yang mengikuti peperangan pada saat itu. Dari sana mujahidin dapat memutuskan bantuan untuk tentara Serbia dan mujahidin dapat menyerbu pasukan gunung dengan keseluruhan..
Dua hari sebelum amaliah, Abu Abdullah bercerita pada salah seorang teman. Beliau berkata kepada temannya : “ Aku bermimpi bahwa aku dapat membunuh dua orang Serbia lalu meluncurlah dua peluru kepadaku di sini hingga aku terbunuh “. Maka temanya tersebut memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan syahadah secara nyata. Dia mengucapkan Allahul Musta’an kami bukan orang yang layak mendapatkan syahadah. Dan dia menyuruhnya untuk merahasiakan mimpinya itu.
Singa-singa Allah bergerak menuju medan tempur dan merayap hingga tiba waktu fajar. Mereka mendaki Gunung hingga mendekati terbitnya fajar. Dan para mujahidin sama merasakan keletihan berjalan dan tidak dapat memulai perang. Maka komandan memerintahkan kepada semua mujahidin berbuka puasa, maka berbukalah para mujahidin karena takut atas musuh mereka jika mereka tidak berbuka.
Mulailah peperangan yang dahsyat dan hebat itu bersamaan terbitnya fajar, dan saudara kita ini pun bertekad bertempur untuk membunuh musuh di medan perang. Majulah ia bersama dua mujahidin, lalu keluarlah sekelompok tentara Serbia yang ketakutan dan mereka saling berhadap-hadapan. Maka Abu Abdullah menghadapkan senapan mesinnya – LMG – kepada mereka hingga beliau dapat membunuh dua orang dari mereka, dan meluncurlah dua serangan tepat di leher beliau dan terbuktilah mimpi beliau. Dan berjatuhanlah dua temannya yang terluka oleh serangan Serbia, dan para mujahidin lainnya berada di belakang mereka pada jarak beberapa meter saja, akan tetapi mereka tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang terluka karena tempat mereka dekat dengan Serbia, maka Serbia pun hendak mengambil mereka untuk dijadikan tawanan, lalu salah seorang teman yang terluka berdo’a kepada Allah “ Ya Allah ….. Ya Allah ….. Ya Allah ….. beberapa detik kemudian turunlah kabut yang sangat tebal hingga para mujahidin bisa mendekat kepada teman-teman tersebut dan menyelamatkan mereka. Dan Serbia pun kabur lari terbirit-birit ketakutan.
Para mujahidin mendapatkan saudara kita Abu Abdullah As Syarqi telah meninggal dalam keadaan shoum tidak berbuka, dan tampaklah di wajahnya senyumnya yang menakjubkan, sungguh ini adalah tanda-tanda – kesyahidannya -. Kemudian ketika teman-temannya membawa turun jasad beliau ke Desa dan mereka menggalikan lubang kuburnya, maka keluarlah dari tubuhnya aroma wangi Misk yang disaksikan semua orang yang menghadiri pemakamannya.
Sungguh ! Allah telah mengsihi Abu Abdullah As Syarqi, seorang hafidz (hafal) Al Qur’an, orang yang bertaqwa, waro’ dan tawadhu’. Semoga Allah memperbanyak jumlah contoh dari para mujahidin yang sholih pada ummat Islam.
II. ABDUL HADI AT-TUNISY
Beliau termasuk dari para lelaki yang taat… beliau adalah Abdul Hadi At Tunisy. Allah memberikan kekuatan badan kepadanya, akal yang cerdas, hati yang bersih. Selalu menampakkan senyum sepanjang hidupnya, dan beliau seorang pemberani yang tidak dapat digambarkan keberaniannya.
Beliau termasuk orang yang pertama-tama datang ke Afghanistan bersama teman-teman arab lainnya. Pada saat itu orang-orang arab sedang membuka leber-lebar bantuannya.
Beliau adalah seorang bisnismen dan saudagar di Tunis dan Eropa. Dan beliau lihai dalam hal ulah-kanuragan (beladiri). Beliau menguasai karate dan telah menyandang sabuk hitam yang menunjukkan kekekaran tubuh beliau.
Allah memuliakan beliau dengan masuk ke bumi jihad dan berserikat dengan para ikhwah mujahidin Afghan di dalam jihad. Dan Allah memuliakan beliau dengan mengikuti banyak amaliyat, hingga Allah berkehendak kepadanya menjadikan beliau tawanan perang – musuh -.
Orang-orang Rusia menangkap beliau dan menjebloskannya ke dalam Penjara pusat di Kabul. Penjara inilah yang menampung tawanan mujahidin arab ketika terjadi aliansi utara. Semoga Allah membebaskan mereka. Amien ….. amien …..
Sebenarnya beliau adalah orang arab yang tertawan paling dulu di Afghanistan. Beliau selalu di pukuli dan disiksa dengan siksaan yang berat hingga mereka lelah di dalam menyiksa. Hingga pada akhirnya mereka memaksa beliau ditayangkan di siaran Televisi Afghan dan – beliau dipaksa – berbicara di depan manusia bahwasanya beliau datang ke Afghanistan dalam rangka membantu Amerika untuk menguasai Afghanistan… dan … dan … dan … - dipaksa untuk – berbicara yang dapat menyakiti pendengaran mujahidin. Maka beliaupun menolak paksaan itu hingga beliau disiksa, bahkan mereka mengkoyak-koyak tubuh beliau. Akan tetapi beliau – tetap tegar - bagaikan Gunung yang kokoh, seperti kokohnya Gunung Torabora yang diguncang dengan Bom tapi ia tetap kokoh tidak terkoyak.
Disana ada seorang ikhwah arab yang ditawan, lalu mereka mengeluarkannya setelah dipaksa untuk tampil di tayangan Televisi untuk mengucapkan apa yang mereka kehendaki.
Kabar – tentang kekokohan Abdul Hadi – sampai ke telinga pegawai penjara hingga menjadi berita utama di penjara. Datanglah salah satu perwira Rusia yang disebut-sebut sebagai pembesar dan orang yang mulia dan ia berhenti di depan sel teman kita ini – Abdul Hadi -.
Perwira itu berkata: “Keluarkan orang arab ini kepadaku agar ia mendapat pelajaran yang tidak dapat ia lupakan, dan akan aku didik – siksa – dia“.
Benar … mereka mengeluarkan singa Abdul Hadi dan berhenti tepat di depan perwira itu. Perwira itu melihatnya dengan pandangan mengejek lalu memukulnya dengan pukulan yang kuat. Dia berkata: “Dimana Robmu yang engkau sembah? Suruh dia turun menolongmu!“ Mendengar ejekan itu berkobarlah amarah singa Abdul Hadi, beliau marah karana Allah ‘Azza wa Jalla, lalu beliau mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya yang telah pudar dan beliau bergerak dengan gesit mengarah perwira itu dan langsung memukulnya. Hingga beliau dan perwira itu sama-sama jatuh pinsan. Begitulah beliau dalam kondisi lapang dan sempit. Beliau marah karena Allah dan menolong Dien-Nya. Sampai Allah memudahkan urusannya dan mengeluarkan beliau dari tahanan setelah berlalu lima tahun ia jalani di dalam penjara Rusia komunis.
Ketika engkau saksikan tubuhnya maka perasaan ini akan menjadi semangat….. engkau saksikan tulang iga dadanya semuanya remuk bekas pukulan, kedua tangan dan kakinya patah.
Sungguh siksaan macam apakah yang telah beliau alami !!! dan derita apakah yang beliau rasakan !!!
Syekh Syyaf membawa beliau ke negeri eropa untuk berobat, hingga Allah memberikan kesembuhan beliau setelah berobat selama satu tahun penuh. Kemudian beliau kembali lagi ke Afghanistan, dan beliau mendengar ada amaliyat besar-besaran di Jalalabad. Lalu beliau menyiapkan diri dan masuk bersama mujahidin ke medan perang dan terbuktilah kepahlawanan dan pengorbanan beliau.
Beliau masuk ke dalam bersama dengan salah seorang ikhwah dari Saudi – saya lupa kunyahnya -, dan beliau menjadi fotografer majalah Bunyanul Marshus.
Orang-orang Afghan melakukan Wideroll – mundur -….. dan orang-orang Komunis dapat menduduki daerah tersebut dan mengepung kedua ikhwan kita ini, lalu keduanya dibunuh oleh orang komunis sebagai pahlawan. Hingga keduanya terbunuh – semoga Allah merahmati keduanya – dan diterima-Nya masuk ke dalam Jannah-Nya.
Allah telah mmberikan rahmatnya kepada Abdul Hadi At Tunisi dan menerima amalnya selama lima tahun mendekam di dalam penjara Rusia.
Allah telah melimpahkan rahmatnya kepada seorang arab yang paling dahulu di penjara di Afghanistan…..
Allah telah melimpahkan rahmatnya kepada semua syuhada’ dan menerima semua amalan mereka yang telah lalu …..
III. ABU BAKAR AT TURKI
Kami ingin meceritakan kisah beliau disini itu setelah kamu mendengar kabar terbunuhnya beliau –semoga Allah merahmatinya – bersama Abu Ja’far Al Yamani – semoga Allah menerima keduanya -. Dan bumi pertama yang mereka berjihad adalah bumi Bosnia…..
Ketika engkau layangkan pandanganmu kepada sosok lelaki ini maka engkau akan merasa senang dan simpati kepadanya. Jiwanya adalah jiwa tentara. Aku melihat lelaki ini pertama kalinya pada awal tahun 1414 H. di garis belakang sedang berkumpul bersama mujahidin di front Syarisya. Di front itulah terbunuh seorang singa Allah Abu Tsabit Al Mishri – bukan Abu Tsabit Al Muhajir Al Mishri -. Ketika itu aku berjumpa beliau dan beliau tidak bisa berbahasa arab sedikitpun ?? akan tetapi aku melihat di wajahnya pancaran semangat untuk menolong saudara-saudaranya Bosnia. Beliau berada di front itu atas kepemimpinan Al Gonaim. Beliau belajar disana, tadrib disana dan makan disana. Beliau mengirimkan makanan ke garis depan kepada mujahidin. Melihat beliau ketika berada di front itu menimbulkan kesenangan dua hal. Yang pertama bahwa makanan telah beliau sajikan dan yang kedua dapat melihat wajah beliau yang memancarkan ketaatan – dan kita tidak mensucikan seseorang atas Allah -.
Berlalulah hari-hari dan mulailah peperangan-peperangan di tahun 1415 H. beliau menyergap dan berkeliling di depan musuh-musuh Allah Serbia dengan menampakkan sikap kasar dan pembunuh. Sampai datanglah hari yang menyedihkan yang menyebarkan kabar tentang pemberhentian peperangan di Bosnia, dan telah terjadi rundingan sepakat antara pentolan Serbia, Kroasia dan orang Islam untuk menghentikan perang karena ketetapan DAITON !!!!!?????.
Aku melihat roman mukanya begitu sedih, dan pertanyaan melintas berkali-kali difikirannya apakah yang ia dengar ini benar ? ya … ya …. Apakah jihad telah selesai ……………..? Demi Allah sungguh seluruh yang dia miliki telah sirna, bahkan harta dan keluarganya telah hilang. Maka akupun memberikan hadiah untuk menghibur beliau dan aku beri kabar gembira kepada beliau bahwa disana masih ada front peperangan, yaitu front peperangan yang ada di Chechnya. Maka meledaklah kegembiraannya dan kembalilah beliau bisa tersenyum. Wajahnya tampak cerah lagi tampan….. Allahu Akbar ….. Allahu Akbar ….. – kata beliau - aku akan pergi ke sana dan bergabung dengan teman-temanku orang-orang Chechnya dalam berjihad. Dan aku cari karomah Allah dengan mendapat syahadah di jalan-Nya. Akan tetapi beliau terikat dengan sebagian urusan di Bosnia. Lalu beliau mendahulukan pergi ke Chechnya. Maka beliau keluar lagi dari Chechnya dan masuk ke Bosnia kedua kalinya.
– Kata beliau – aku tak bisa pulang ke Qitr, dan itu karena kecintan beliau yang mendalam kepada teman-teman mujahidin. Beliau begitu terkesan dengan mereka dan senang melihat wajah-wajah mereka dan beliau menceritakan kepada mereka tentang saudara-saudara mereka di Chechnya.
Ketika beliau melihat aku maka beliaupun gembira lalu memeluk aku dengan pelukan hangat dan air matanya bercucuran dan beliau berkata kepadaku : “ Aku bertanya kepadamu demi Allah apakah masih ada jalan untuk masuk ke Chechnya ? “. Aku katakan kepadanya : “ Ya. Masih ada jalan “. Beliau berkata : “ Utuslah aku “. Akupun memeluk beliau dengan pelukan hangat, pelukan perpisahan yang terakhir kalinya. Akupun pulang ke Qitr dan beliau melanjutkan pergi ke Chechnya.
Beliau dapat masuk ke Chechnya, akan tetapi ??? perang telah usai!!! Beliau tinggal disana setelah perang selesai. Beliau mengajar dan membantu saudara-saudaranya Bosnia. Dan sungguh beliau sangat merindukan untuk bertemu dengan Hurun ‘Ien – bidadari – dan beliau selalu mengatakan “ Ya andaikan ……. Andaikan …….. Allahu Akbar ….. bagaimana rasanya bertemu dengan Hurun ‘Ien ….. bagaimana rasanya masuk Jannah ….. “.
Setelah berlalu satu tahun beliau keluar menuju negerinya Turki, maka beliau menghubungi salah satu teman mujahidin dan mengatakan sambil menangis : “ Apa yang menjadikanku keluar dari Chechnya ? Demi Allah ! Sesungguhnya hidup ini tidak berarti setelah usainya jihad dan ribat dan….. dan ….. dan … dan ….. “. Maka beliau kembali lagi kedua kalinya ke Checnya dan tinggal disana hingga datanglah perang yang kedua.
Pada akhir hari-harinya beliau selalu bersama komandan yang mulia yaitu Abu Ja’far Al Yamani – semoga Allah merahmatinya dan menerima amalnya -.
Ketika keduanya sedang merancang untuk memasang ranjau maka pada saat itu juga meledaklah ranjau itu, maka kedua singa itu pun menemui syahadahnya. Semoga Allah menerima keduanya di dalam bilangan para syuhada dan menampatkan mereka di Jannah.
Semoga Allah merahmati perjalanan yang mulia itu dan merahmati wajah yang bercahaya itu ………..
IV. ABU DUJANAH AS SYARQI
( FAHD AL QOHTONY )
Dalam memulai pembicaraan kisah seorang mujahid yang telah syahid insya Allah, terlebih dahulu kami sampaikan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتىَّ لاَيَبْقَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّهِ فَيَسْبِقَ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَمُوتُ ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّهَ
“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka itu tinggal satu hasta, kemudian ia beramal dengan amalan penghuni Jannah, lalu Al Kitab (catatan taqdir ) telah menetapkannya, kemudian ia mati lalu ia masuk ke dalam Jannah “.
Ikhwan kita Abu Dujanah adalah seorang sopir Truk di daerah timur, sementara di daerah timur inilah kejahiliyahannya begitu besar.
Suatu hari ketika ia sedang pergi ke Bahroin untuk mengantar paket, dia seperti orang gila – sedang mabuk -, hingga akhirnya Truk yang dikendarainya oleng dan terplanting di atas jembatan Bahroin. Akan tetapi Allah menyelamatkan dia dengan mobilnya yang tersangkut di jembatan hingga ia tidak terjatuh ke laut, dan ketika itu dia pingsan atas taqdir Allah.
Pada tahun 1413 H. atau pada awal tahun 1414 H. ada dua orang yang hendak pergi ke Bosnia melalui jalan Bahroin. Ketika keduanya sedang melalui Jembatan keduanya melihat Truk yang bagi mereka sudah tidak asing lagi, lalu mereka berhenti dan turun menuju Truk tersebut, keduanya mendapatkan seorang di dalam Truk tersebut yang ternyata ia adalah tetangga salah satu dari dua orang tersebut yaitu Abu Dujanah-, kemudian orang tersebut dikeluarkan dari dalam Truk, kemudian keduanya melanjutkan perjalanannya menuju timur.
Ketika keduanya selesai mandi dan wudhu maka keduanya sholat. Kemudian keduanya memberi nasehat kepada seorang – yang diselamatkan dari dalam Truk tersebut -. Kedua saudara itu berkata kepada orang tersebut : “ Jikalau engkau mati pada saat kecelakaan itu sungguh kamu mati dalam ma’siyat bahkan lebih besar lagi, oleh karena itu pujilah Allah yang telah menyelamatkan kamu dari kematian itu, karena Allah tidak mengakhiri hidupmu dalam kemaksiyatan “. Nasehat kedua saudara ini masuk ke dalam hati lelaki tersebut. Kemudian kedua saudara ini melanjutkan perjalanannya. Lalu lelaki itu – Abu Dujanah – menginstropeksi diri dan meninggalkan teman-temannya yang rusak.
Ketika ada teman yang melihatnya di sebuh terminal Truk, mereka pergi menemuinya dan didapati dia sedang sendirian dengan memegang Mushaf dan sedang membacanya. Teman-temannya tidak percaya melihat pemandangan tersebut dan mereka mengira bahwa dia hanya pura-pura karena takut dari – incaran – pemerintah.
Setelah berlalu beberapa bulan, pulanglah kedua shahabatnya yang habis pergi dari daerah timur. Kamudian ia pergi ke rumah salah satu dari keduanya, lalu ia ketuk pintunya dan mengucapkan salam dengan suara keras.
Saudara yang di dalam rumah tidak mengenalinya. – karena – jenggotnya telah tumbuh lebat, pakaiannya diatas mata kaki dan terpancarlah cahaya dari mukanya, kemudian ia mengenalkan dirinya – bahwa dia adalah Abu Dujanah -. Bergembiralah hati saudara ini, tidak ada kebahagiaan selain pemandangan yang bagus ini, kemudian ia dipersilahkan masuk. Dia bertanya tentang persoalan jihad dan kondisi Bosnia dan keutamaan Syuhada dan para mujahidin dan ribath dan ….. dan….. dan …..
Setelah mendengar jawaban yang ditanyakan lalu ia berkata : “ Kalau begitu jalan yang paling dekat menuju Jannah adalah Jihad fie sabilillah. Sekarang umurku sudah 36 tahun dan dipenuhi dosa dan ma’siyat. Aku meminta kepadamu demi Allah akan menemanimu berjihad !
Saudara tersebut berkata kepadanya : “ Sekarang Bosnia sedang dikepung dari segala penjuru dan tidak mudah untuk masuk kesana, padahal saudara-saudara kita disana sedang menanti ada orang yang bisa membuka jalan masuk.
Adapun kalau ditempuh dari Kroasia dan Slevonia kedua negara ini penuh kema’siyatan, khomer, wanita jalang, dan penuh fitnah yang seseorang tidak mampu menahannya “.
Abu Dujanah berkata : “ Aku akan pergi walaupun aku harus menunggu selama satu tahun “. Dan dia berusaha memuaskan saudaranya itu.
Dan betul ternyata Abu Dujanah pergi ke Kroasia dan tinggal di sebuah kota dekat pantai di Eropa yang penuh dengan fitnah dan gemerlapnya dunia, sementara Abu Dujanah adalah seorang yang baru saja sadar dari kema’siyatan. Ia telah sampai di kota itu yang merupakan perbatasan dengan Bosnia Herzegovina. Ia tinggal di sebuah rumah yang kecil bersama seorang teman yang datang dari Turki sekitar enam bulan lamanya demi mencari jalan masuk ke Bosnia. Seluruh waktunya ia pergunakan sholat dan ibadah dan mempelajari urusan-urusan Dien kepada seorang teman Da’I disana, hingga pada akhirnya ia mendapatkan kabar gembira dibukanya jalan menuju Bosnia. Lalu pergilah ia ke Bosnia dan masuk ke sana yang selama ini ia impikan dan nantikan untuk bisa masuk bergabung dengan para mujahidin. Lalu bergabunglah ia dengan sebuah pasukan mujahidin di daerah Zintisia dan ia tadrib (diklat) disana dan menyusun kekuatan.
Disana ada ma’rokah (medan perang) yang dekat dengan daerah Syirisya, lalu beliau masuk ke daerah itu dan daerah itu adalah petama kalinya ma’rokah (medan peperangan) yang ia ikuti dalam perjalanan jihadnya, dan Allah memenangkan mujahidin dalam amaliah – oprasi - tersebut. Dan para mujahidin membuat khondaq (parit) di front tersebut dan mendapatkan kemulian ribat (berjaga) fie sabilillah.
Setelah berlalu dua bulan dari amaliah tersebut terjadilah amaliah yang lebih kuat dan besar dari sebelumnya, yaitu amaliah Visico Qolava yang masih di satu kawasan tersebut. Beliau ikut serta dalam amaliah tersebut dan amaliah tersebut merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau yang tidak dapat beliau gambarkan.
Beliau adalah seorang pemberani yang tidak mengenal rasa takut, ia selalu berbuat itsar (mementingkan keperluan orang lain) dan mengasihinya, dan orang sama heran bila berteman dengan beliau.
Setelah amaliah tersebut tepatnya pada tahun 1414 H. beliau pergi bergabung dengan Jam’iyah Ihya’ut Turots Al Islami Al Kuwaity dan bekerja bersama mereka di kota Turovinik dan tinggal disana selama beberapa saat, dan belaiu pun menikah di Bosnia dengan orang asli Dagestan.
Beliau sangat keras dalam menindak kemungkaran di kota tersebut hingga beliau ditakuti oleh orang-orang fasiq di daerah itu. Bahkan sampai ke kawasan Karwat di daerah Fitiza. Dan tidak ada seorangpun dari orang-orang fasiq yang berani melewati daerah yang ditempati Abu Dujanah.
Sepanjang malam dan siang ia gunakan untuk berkhidmat kepada masyarakat Bosnia, khususnya menangani orang dewasa dan anak-anak hingga orang-orang yang berada di kota tersebut sangat cinta kepada ketawadhuan beliau dan ruhiyah beliau yang mulia. Beliau mampu menguasai bahasa Bosnia dengan sangat baik, oleh karena itu beliau dapat bergabung dan pergi bersama mujahidin di Turovinika dan beliau habiskan urusannya disana dan beribath bersama mereka.
Teman-temannya menyampaikan habar kepadanya bahwa dalam waktu dekat ini mau ada amaliah, maka beliau pun bersiap-siap.
Disetiap amaliah (medan perang) beliau selalu kembali pada pertengahan jalan karena tidak dapat melanjutkan perjalanan karena beliau mengalami sakit hinga pada akhir amaliah selesai. Sehingga pada saat terjadi amaliah Falasyij yang kedua di waktu malam Arofah pada tahun 1415 H. beliau berangkat besama seoarang teman dengan berjalan kaki menuju musuh dan pada saat ini beliau tidak seperti biasanya ! beliau kelihatan tenang dan banyak menoleh kesana-kesini seakan-akan beliau melihat sesuatu.
Waktu amaliah dilakukan pada pukul 12.00 malam dan dimulailah pertempuran. beliau maju dengan membawa senjata RPG dan menghadang pasukan Serbia. Beliau bersama seorang teman yang bernama Musthofa Al Busnawy (orang Bosnia) hingga mendekat ke parit + sejarak 10 meter, dan beliau bersiap-siap menyerang Serbia, akan tetapi timah panas telah menembus leher beliau terlebih dahulu hingga beliau jatuh sebagai syuhada. Dan keluarlah dari mulut beliau seperti cahaya.
Akh Musthofa memeriksa tempat terbunuhnya beliau – untuk melrtakkan jasad beliau – lalu ia pergi dan meninggalkan beliau dikarenakan dahsyatnya serangan musuh, dan para mujahidin pun widerawl (mundur). Dan akh Mustofa hampir-hampir tak mampu berjalan karena menangisi saudaranya “ Abu Dujanah “.
Ketika para mujahidin lainnya mendengar kejadian tersebut, maka komandan pasukan memerintahkan untuk meyakinkan keberadaan tempat terbunuhnya Abu Dujanah. Lalu komandan mengutus dua orang singa Allah untuk mengambil mayat Abu Dujanah. Ternyata benar Abu Dujanah telah terbunuh, akan tetapi mayat tersebut telah diserang oleh pasukan Serbia dan mayat tersebut disimpan oleh pasukan Serbia selama lebih dari dua bulan.
Kemudian Palang Merah menghubungi tentara Bosnia yang menghabarkan akan permintaan Serbia untuk menukar mayat. Dan ternyata diantara mayat-mayat itu ada mayat seorang arab. Lalu tentara Bosnia menghabarkan kepada mujahidin – bahwa diantara mayat tersebut adalah seorang arab -, lalu pergilah komandan dan diikuti oleh beberapa mujahidin.
Komandan tersebut berkata : “ Kami pergi ke tampat penyimpanan mayat dan kami dapatkan mayat-mayat yang baru saja terbunuh kurang lebih baru satu hari. Bau mayat-mayat tersebut sangat busuk. Lalu aku masuk dan berjalan diantara mayat-mayat hingga aku dapatkan peti mayat yang tertutup. Lalu peti itu aku angkat dengan seorang teman dan kami keluarkan mayat tersebut. Ternyata mayat tersebut dibungkus dengan jaitan nilon. Tentara memberi tahu kami bahwasanya mayat-mayat ini diantaranya ada mayat seorang arab yang tidak disimpan di dalam Almari Es untuk mayat, akan tetapi dicampakkan di tanah lapang. Lalu kami dekati saudara kami itu – mayat Abu Dujanah -. Lalu aku buka sendiri penutup itu dari arah kepala. Perasaan khawatir menggelayut di kepalaku dan kepala temanku, bagaimana keadaan mayat tersebut setelah dua bulan lebih ?, apakah telah dimakan ulat ? atau telah berubah kondisinya ? atau …… atau ….. atau ….. ? lalu aku mulai membuka tutup itu, tangan dan tubuhku tiba-tiba gemetar, karena ternyata wajahnya seperti bulan dan jenggotnya berwibawa yang memancarkan cahaya putih dan tubuhnya ….ternyata dia ….. dia…. Dan tidak ada perubahan sama sekali. Aromanya seperti aroma pohon Inai. Allah menyaksikan kejadian tersebut kemudian para ikhwah dan semua yang hadir pun menyaksikan hal tersebut.
Mayatnya telah berlalu dua bulan setengah tapi tidak berubah sama sekali hingga aromanya pun tidak berubah.
Allah telah mengasihi singa itu dan memberikan kepadanya seorang putri ( bernama Nauroh ), dan memberinya kebaikan dan hidayah. Sekarang ia berumur enam tahun dan tinggal bersama ibunya di Bosnia di kota Tuzela.
Selamat tinggal wahai Abu Dujanah. Semoga Allah memperbanyak bilangan orang-orang sholih dan mujahidin sepertimu.
V. ABU HAMMAM AS SYAHRONI
Beliau seorang pemuda yang datang dari daerah madinah, lima kilo di selatan Kerajaan Arab Saudi. Beliau tumbuh diatas ketaatan kepada Allah. Sejak kecil beliau telah tekun mengikuti halaqoh hafalan Al Qur’an al Karim. Beliau sangat tenang penampilannya, rendah diri, lembut perangainya, bersih hatinya yang itu membedakan beliau dengan teman-teman lainnya.
Ketika terjadi tragedy Bosnia Herzegovia, beliau pada saat itu baru berumur dua puluh tahun. Beliau selalu mengikuti berita-berita tentang penderitaan yang dialami saudara-saudaranya – seiman -, dan beliau berkehendak mendatangi mereka dengan semampu beliau.
Pada suatu hari beliau duduk-duduk dengan seorang temannya membincangkan kesedihan mereka tentang tragedi yang terjdi di Bosnia dan keduanya ingin pergi bergabung dalam jihad di negeri itu.
Benar ….. keduanya bertekad untuk berangkat, lalu kedunya mengikuti berita-berita bagaimana caranya bisa sampai ke negeri tersebut. Sampai mendapatkan jalan menuju kesana lalu kedunya pergi ke Kroasia melalui jalan dalam. Akan tetapi Kroasia menolak keduanya dan tidak mempersilahkan mereka masuk, maka keduanya pun kembali dengan perasaan sedih dan gundah gulana, matanya berlinang air mata. Kemudian mereka mencoba kedua kalinya untuk bisa masuk ke bumi Bosnia.
Dengan izin Allah keduanya dapat masuk ke Bosnia pada akhir bulan Jumadil akhir pada tahun 1415 H.
Sampailah teman ini di kantor mujahidin dan mereka – para mujahidin – adalah orang yang berakhlak mulia dan mendalam agamanya. Kedua teman itu pergi ke sebuah Kamp latihan – muasykar – dan keduanya tadrib disana. Setelah itu keduanya pergi ke Front.
Setiap saat Abu Hammam rohimahullah bercita-cita untuk bisa mendapatkan syahadah dan beliau bersemangat menghafalkan Al Qur’an dan mengulang-ulangnya. Beliau selalu puasa dan sholat malam dan selalu ikut serta dalam ribat selama kurang lebih enam bulan lamanya sampai datanglah musim panas pada tahun 1415 H.
Pada musim itu terjadilah peperangan paling besar yang terjadi di Bosnia yang banyak menewaskan para mujahidin dan musuh-musuh Allah. Pada saat itu pula terjadi peperangan – yang berakhir – kemenangan yang gemilang. Pada saat itu Serbia menguasai puncak gunung dan menguasai strategi perang dan perlindungan mereka pada saat itu sangat kuat. – dengan begitu, hilanglah – semangat – tentara Bosnia dalam melawan Serbia, karena sebelumnya sudah pernah dicoba.
Setelah itu para komandan Bosnia berkumpul – dan bermusyawaroh – bahwa daerah itu tidak bisa ditaklukkan kecuali dengan menggunakan senjata penerbangan yang tidak dimiliki tentara Bosnia. Maka mereka meminta pasukan mujahidin untuk pergi menuju daerah tersebut dan mencoba memenangkan peperangan tersebut.
Benar ….. para singa mujahidin telah datang ke daerah – perang – itu dan tinggal disana beribat selama kurang lebih delapan bulan hingga datanglah hari peperangan.
Para mujahidin dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok pasti terjadi kisah-kisah yang menarik dan setiap kelompok pasti ada yang syahid.
Abu Hammam rohimahullah berada dalam kelompok yang dipimpin oleh Abu Sa’id Al Falestini. Amaliyat itu dilakukan setelah fajar dan pada waktu itu masih gelap sekali. Salah seorang mujahidin berkata : “ Kita tidak bisa menengarai parit yang digunakan berlindung oleh Serbia “.
Mulai pecahlah peperangan dan kami melempar mereka dengan granat maka terbunuhlah tantara Serbia. Akan tetapi parit ini memang menghalangi kita karena digunakan berlindung oleh Serbia. Pada saat itu masih ada seorang Serbia yang belum terbunuh, katika kami maju ke depan tiba-tiba orang Serbia itu menyerang dan datang dari belakang parit maka terbunuhlah Abu Ghorib Al Britoni rohimahullah, dan Serbia juga menyerang lima mujahidin lainnya. Mereka mengira komandan –mujahidin – hendak maju, akan tetapi dengan pertolongan Allah mereka merasa ketakutan dan kegoncangan hingga ia tidak dapat membunuh kelima mujahidin itu.
Dengan semampunya mujahidin pun membalas membunuh mereka hingga Allah memberikan karomah dengan dapat membunuh seorang dari Serbia. Majulah seorang ikhwah mujahidin dan mendapati seorang Serbia yang terluka sedang bersembunyi lalu dia bunuh orang Serbia itu.
Ada kisah yang menakjubkan, bahwa komandan Abu Sa’id Al Falestini menyerbu sendirian ke parit tempat Serbia, disitu ada dua orang, beliau menyerbu sambil bertakbir. Ketika beliau menyerbu kedua orang yang ada disitu, beliau berhadap-hadapan dengan keduanya. Beliau hendak menghabisi keduanya dengan Kalasinkof akan tetapi tidak ada peluru yang keluar satu pun. Kemudian singa Abu Said merobohkan orang Serbia itu dengan memukulkan Kalasinkof ke wajahnya. Dan pada saat itu juga datanglah seorang Serbia yang lain lalu menyerang Abu Said hingga melukai tangan beliau. Dan pada saat itu juga datanglah seorang mujahid dari Yaman yang menyerang orang Serbia itu dengan senjata Al Bika hingga selamatlah Abu Said dengan pertolongan Allah.
Kami maju setelah menuruni parit untuk mendaki ke puncak dua gunung diantara tiga puncak. Pada waktu itu jumlah mujahidin tinggal sedikit karena telah terbunuh dua orang dan banyak yang terluka.
Diantara mereka yang ada dalam pasukan itu harus ada seorang yang menjadi komandan, lalu kepemimpinan itu diserahkan kepada salah seorang ikhwah. Lalu turunlah ia bersama Abu Hammam rohimahullah menuju parit tempat persembunyian Serbia. Disana jumlah orang Serbia banyak sekali. Maka komandan itu dan Abu Hammam mengelilingi parit tersebut dan meluncurkan tembakan ke arah Serbia hingga kocar-kacirlah orang Serbia dari parit. Setelah itu datanglah Abu Hammam dan meminta kepada komandan untuk mengarahkan penglihatannya kepada para syuhada. Diantara mereka yang syahid adalah Abu Abdullah As Syibani, Shofiyuddien Al Yamani dan seorang yang asing – tidak dikenali -. Kemandan itu berkata : “ Jumlah kita sedikit sementara daerah ini membutuhkan penjagaan, maka kamu jangan pergi – tetaplah disini – “. Maka ia memasrahkan – urusan jaga – ini kepada Abu Hammam, dengan syarat beliau – komandan – segera kembali lagi. Kemudian komandan itu pergi meninggalkan tempat itu dan melayangkan pandangan kepada mereka lalu kembali lagi.
Ketika beliau kembali, Abu Sulaiman Al Hadhromi meminta komandan untuk melayangkan pandangannya dan kembali lagi. Maka komandan itu menolak permintaannya hingga kembalilah seorang ikhwah ke parit-parit penjagaan itu. Pada saat itu jatuhlah serangan Roket di dekat ikhwah Hatib Almani hingga mengenai perutnya. Pada waktu yang sekejap meluncurlah serangan Roket yang lain jatuh diantara Abu Hammam dan Abu Sulaiman hingga keduanya terbunuh – semoga Allah merahmati keduanya – dan diterima sebagai syuhada’ di jalan-Nya.
Abu Sulaiman adalah orang yang hafal Al Qur’an. Akhlak dan juga agamanya tidak jauh beda dengan saudaranya “ Abu Hammam “ semoga Allah merahmati keduanya.
V. ABU HISAN AL MAKI
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada kita, beliau bersabda :
أُوصِيْكُمْ بِالأَنْصَارِخَيْرًا.....فَإِنَّ النَّاسَ يَزِيْدُونَ وَاْلأَنْصَارُ لاَيَزِيْدُونَ...
“ Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada orang Anshor ….. karena sesungguhnya manusia itu bisa bertambah banyak dan orang-orang Anshor itu tidak bertambah – jumlahnya- “.
Beliau masih ada hubungan silsilah dengan orang-orang Anshor – semoga Allah meridhoi mereka dan saya pun ridho kepada mereka -.
Beliau adalah cucu dari orang yang memberikan perlindungan , pertolongan, kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, dan mereka – orang Anshor – telah membela Rosulullah dengan darah mereka, anak-anak mereka dan harta benda mereka.
Beliau bertubuh kurus, akhlaknya baik, baik dalam pergaulan, dan selalu dzikir kepada Allah.
Beliau pergi berjihad ke Afghanistan ketika berumur kurang dari dua puluh tahun, dan beliau bergabung dengan para mujahidin di Tajikistan. Beliau beribat – jaga di front - dan bersabar disana.
Setelah selesai menunaikan tugas di Tajikistan beliau tidak mau ketinggalan bahkan beliau bergerak seperti singga yang bergerak untuk menolong saudaranya di Bosnia Herzegovina. Maka sampailah beliau ke Bosnia Herzegovina dan pergi ke Gunung Tuzela. Beliau ribat disana bersama para ikhwah mujahidin.
Disela-sela beliau ribat disana beliau sempatkan untuk turun ke Masjid-Masjid desa bersama para mujahidin lainnya. Beliau mengajar membaca dan manghafal Al Qur’an kepada anak-anak, dan mengajari sholat yang sesuai dengan sunnah Nabi shollallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara yang benar. Beliau juga mengajarkan aqidah yang benar, beliau dipilih dan disukai – oleh murid-muridnya - daripada mujahidin lainnya di dalam methodhe mengajar.
Beliau adalah seorang pemberani, tubuhnya atletik, hatinya lembut disaat dzikir, wajahya berseri-seri, ruhnya bersinar, ia selalu membantu temannya dan beliau selalu memasuki kancah peperangan. Beliau melawan dengan gagah berani dengan selalu yakin akan janji Allah.
Telah usailah jihad di Bosnia Herzegovina, beliau merasakan dadanya sesak dan sakit serta merasakan kesedihan yang mendalam – dikarenakan jihad telah usai -. Karena bagaimana jihad ini telah usai dan Allah belum memilihnya sebagai syuhada’ …….????? Maka beliau pun mencela dirinya dan menghina dirinya sendiri – mengapa dirinya tidak dipilih sebagai syuhada’ -. Lalu beliau menginstropeksi diri. Maka beliau kembali semangat lagi, beliau selalu berdo’a dengan khusu’ kepada Allah agar beliau dipilih oleh Allah di dalam kumpulan orang-orang yang menjadi syuhada’ dan dipertemukan dengan segera bersama mereka.
Benar ….. beliau telah mendengar dengan benar bahwa ada seruan jihad fie sabilillah lagi dan itu berada di bumi Atsyubiya, maka beliaupun terbang kesana dengan perasaan gembira.
Beliau menyiapkan diri untuk pergi dengan tanpa ragu. Ternyata benar ….. beliau pun akhirnya sampai juga ke sana dengan selamat dan dapat berjumpa dengan para mujahidin disana. Dan mereka disana bertemu dengan para mujahidin yang datang dari berbagai penjuru bumi lainnya.
Kondisinya lagi sulit, mereka harus berjalan dalam waktu yang lama dan panjang – dalam melakukan amaliyat -, - di tengah perjalanan mereka menentukan tempat yang baik dan nyaman untuk istirahat sejenak. Mereka berbaring diatas punggung mereka dan mengangkat kaki mereka di atas pepohonan agar darahnya turun.
Pada saat itu – datanglah – pasukan nashrani yang menyerbu mereka dengan serbuan yang dahsyat. Maka para mujahidin pun bergabung, semuanya terdiri dari mujahidin asli Atsyubi selain Abu Hisan dan seorang ikhwah arab.
Ketika Abu Hisan dan seorang teman arab sedang bergerak, pada saat itu meluncurlah tembakan dari belakang beliau dan tepat mengenai beliau. Maka gugurlah beliau sebagai syuhada insya Allah.
Para mujahidin menghubungi klompoknya hingga bergeraklah mereka.
Pada saat itu beliau bersama seorang ikhwah arab baru masuk dua hari lamanya di desa yang beliau singgahi, lalu beliau pun berjumpa dengan salah satu teman lainnya.
Desa yang berdekatan – mendengar habar kesyahidan beliau – hingga mereka berkumpul semua. Maka pulanglah mereka ke bumi Al Kamin untuk mendapatkan saudara kita Abu Hisan pada hari terbunuhnya beliau.
Jasadnya tidak berubah, baunya tidak berubah, hingga wajahnya tetap tampak berseri-seri…..
VI. ABU MARYAM AL AFGHONI
Abu Maryam Al Afghoni ………… kedua orang tuanya telah hijrah ke Almania dari Afghanistan, lalu tumbuhlah beliau di negara yang suka bermewah-mewah ……… yang penuh dengan kema’siyatan dan fitnah ………. Akan tetapi kedua orang tuanya orang yang teguh menjaga Diennya …… atas kemulian kedua orang-tuanya dan asuhan keduanya di negeri barat ini !!!
Abu Maryam rohimahullah tumbuh di dalam keluarga yang teguh dengan agamanya …….. dan beliau dibina dalam asuhan kedua orang-tuanya dengan pendidikan Islamy…..
Beliau mendengar kisah ujian yang dialami saudara-saudaranya di Afghanistan ….. padahal Afghanistan adalah negeri kelahirannya ….. dan tidaklah yang terjadi disana kecuali banyak tanda-tanda kebesaran Allah dan karomah-karomah…..
Maka Abu Maryam minta ijin kepada kedua orang-tuanya untuk berangkat ke Afghanistan ….. maka kedua orang-tuanya merestuinya setelah beliau bersikeras untuk tetap berangkat ke Afghanistan …..
Benar ….. beliau berangkat dalam rangka menolong saudara-saudaranya di Afghanistan …… beliau ribath, berjihad dan tinggal di sana dalam tempo waktu yang lama, beliau mengawali kegiatan-kegiatan jihad yang menggetarkan di sana …..
Menanglah Kabul ….. kemudian beliau pulang kepada kedua orang-tuanya di Almania ….. dan beliau melakukan birrul walidain kepada keduanya ….. dan beliau mempersunting seorang gadis Almania yang baru saja masuk Islam, akan tetapi wanita tersebut demi Allah mempunyai sejarah hidup yang baik seperti para shahabiyah rodhiyallahu ‘anhunna…..
Ketika ia sudah masuk Islam, ia bagaikan nyala api yang berkobar dalam menuntut ilmu dan berdakwah kepada Dien Islam….. dan jadilah wanita itu kenikmatan yang indah bagi Abu Maryam setelah Allah Ta’ala atas keteguhannya atas Diennya …..
Abu maryam menumbuhkan halaqoh-halaqoh (kajian) ilmiah …… dan menghafal Al Qur’an Al Karim ….. dan membuat kegiatan dakwah ….. beliau bagaikan nyala api yang dapat menerangi kaum muslimin di Almania dalam mengajarkan kebaikan dan Dien …..
Ketika sampai kepada pendengaran beliau habar yang terjadi pada saudara-saudara beliau di Bosnia Herzegofina ….. tergeraklah kemuliaan seorang muslim lagi mujahid. Lalu beliau meminta restu kepada kedua orang-tuanya untuk berjihad yang kedua kalinya….. akan tetapi kedua orang-tuanya menolak dengan keras …..
Istrinya yang asli orang Almania berusaha menenangkan perasaan kedua orang tua baliau untuk mengijinkan berangkat berjihad, dan ia menghiba kepada kedua orang-tua suaminya sampai keduanya merestui keberangkatannya …..
Benar, meledaklah kegembiraannya, lalu beliau mengajak temannya Abu Hudzaifah Al Afghoni rohimahullah untuk berangkat berjihad bersamanya ….. lalu keduanya menyiapkan koper untuk bepergian dan keduanya mengucapkan kata perpisahan pada keluarganya bahwa perpisahan ini adalah yang terakhir ….. dan keduanya melemparkan pandangannya yang terakhir kalinya kepada keluarganya …..
Keduanya telah sampai di Bosnia pada akhir tahun 1412 H. dan keduanya bergabung dengan para mujahidin di tengah-tengah kota Bosnia …..
Para mujahidin melakukan amaliah besar-besaran di front Fisiko ….. dan ini adalah front yang terjadi di jalan menuju Sarajefo ….. dan para mujahidin pun menyiapkan persiapan yang matang pada amaliah yang berat ini ….. sangat sulit kondisinya untuk mengadakan persiapan ….. dan masanya bertepatan pada musim dingin dan pada saat lebatnya turun salju sampai beberapa meter tingginya …..
Para mujahidin meminta pertolongan kepada Allah pada peperangan itu dan mereka mengadakan persiapan yang kuat dan mereka saling mengadakan Bai’atul Maut “ Sumpah Mati “…..
Strategi yang dilakukan dalam peperangan ini adalah para mujahidin maju ke barisan Serbia dan mematahkan barisan mereka serta mengepung kota Ilyas yang strategis ….. dan daerah itu letaknya jauh dari Sarajefo dalam beberapa kilo meter jaraknya untuk memudahkan mereka sampai disana setelah memenangkan perbatasan Sarajefo yang telah terkepung …..
Dimulailah peperangan itu dan bergemalah suara takbir dan tahlil ….. dan bercampurlah antara salju yang putih dengan darah yang merah …..
Para mujahidin mampu menerjang barisan Serbia dan maju ke tengah kota Ilyas….. akan tetapi Allah telah membukakan – kemenangkan – atas mereka daerah yang lebih besar dari pada yang mereka lakukan …..
Kekuatan mujahidin terpecah diantara Gunung daerah tersebut….. padahal pasukan Serbia mengenal sekali keberadaan mujahidin….. maka pasukan serbia menghilangkan pelindung yang berada di belakang mujahidin ….. dan terbunuhlah pasukan Serbia dalam jumlah yang sangat banyak ….. tiba-tiba datanglah tembakan yang mengenai leher Abu Maryam dan serpihan Bom yang membinasakan ….. maka terkaparlah Abu Maryam rohimahullah bersimbah darah ….. hingga keluarlah ruhnya kepada Penciptanya …..
Sungguh ! Allah telah mengasihi Abu Maryam ….. Dan semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada istri dan putrinya Maryam ……. Ya Allah ! kabulkanlah ……………
VII. ABU MU’AD AL QITRY
Beliau adalah seorang pemuda dari penduduk Qitr, lahir dari keluarga suku Qitriyah yang besar dan bepengaruh, beliau diberi hidayah oleh Allah melalui Jama’ah Tabligh. Kemudian beliau melakukan khuruj (keluar) ke Pakistan dalam rangka dakwah kepada Allah, dan ternyata benar beliau telah pergi ke negara tersebut.
Ketika beliau telah sampai di sana ternyata beliau hanya sendirian, lalu beliau mengalihkan programnya pergi ke Peshawar, dan beliau tinggal di sana. Kemudian beliau menyewa taksi dan berkata kepada sopirnya : “ Aku ingin bertemu orang arab “. maka sopir taksi itu berkata kepada : “ Naiklah aku tahu tempat orang arab “. benar beliau pun naik bersamanya dan pergi dengannya.
Ketika sampai di tujuan maka sopir taksi memberhentikan mobilnya di depan penjaga pintu gerbang rumah orang anshor arab dan rumah itu adalah tempat penerimaan tamu bagi mujahidin di sana. Salah seorang mujahidin arab menyambutnya dan menanyai keperluannya. Lalu beliau berkata: “ Aku datang untuk keluar fie sabilillah “. Maka teman mujahidin itu berkata kepadanya : “ Sungguh anda telah sampai. Inilah tempat untuk keluar fie sabilillah …..
Benar, beliau telah bergabung dengan para pemuda mujahidin dan mengadakan I’dad dan beliaupun ribath dan berjihad …..
Roman mukanya memancarkan ketenangan, dan perangainya begitu bersahaja – sehingga orang yang bertemu dengannya - senang kepadanya - dan ruhiyahnya yang sangat baik. Beliau berambut panjang dan indah, wajahnya tampan menawan, dan suaranya lirih dan pelan …..
Peperangan-peperangan di bumi Afghanistan telah usai dan beliau memutuskan untuk pulang kembali ke negaranya di Qitr.
Pada saat itu kaum muslimin membutuhkan pertolongan. Mereka datang dari negara Romawi Yaitu dari Bosnia Herzegofina akan tetapi beliau belum tergerak juga untuk berangkat ke sana.
Ternyata benar, beliaupun akhirnya berangkat - ke Bosnia – untuk menolong saudara-saudaranya di sana, dan sampailah beliau ke negara Bosnia Herzegofina lalu bergabung dengan para mujahidin arab di sana.
Pada saat itu Kroasia sedang merevolusi kaum muslimin di sana dan mengepung kaum muslimin yang lemah.
Sebagian orang arab ingin pergi ke daerah Mahroj untuk mendatangi pertemuan di sana, dan mereka menyewa sebuah mobil kecil karena jumlah mereka hanya empat orang. Diantara mereka adalah Abu Mu’ad rohimahullah.
Ternyata sopir salah jalan dan mereka telah masuk di kawasan Kroasia, maka pada saat itu seorang polisi kroasia memberhentikan mereka. Ini merupakan pekerjaan rutin polisi di sana. Setiap kali memberhentikan - kendaraan - maka tak lepas dari memegang Pistol dan RPG. Kemudian mereka ditahan sebentar lalu diborgol dengan rantai, lalu mereka digelendeng menuju Penjara. Ternyata disana sudah ada empat mujahidin yang telah ditahan sebelumnya. Mereka mendekam di dalam penjara kira-kira sudah empat bulan lamanya, didalamnya mereka merasakan berbagai macam kejadian dan ujian.
Sesekali orang-orang Kroasia itu mengyiksa mereka di depan kaum muslimin – lainnya yang di tahan di dalam penjara -, komandannya datang kepada mujahidin yang ditahan dan meluapkan kemarahannya dengan memukuli mereka, hingga sebagian mereka ada yang mati karena saking beratnya siksaan yang dideritanya. Orang-orang Kroasia itu menyakiti mujahidin dengan berbagai macam cara yang mereka bisa, akan tetapi Allah mengokohkan hati dan pendirian para mujaidin.
Tiada hari yang mereka lalui kecuali ada kejadian yang menggelikan, dan Allah meringankan penderitaan mereka dengan itu. Dan benar Allah telah membersihkan hati dan jiwa mereka – dan kita tidak mensucikan seseorang atas Allah -.
Sungguh Abu Ali al Kuwaity disiksa dengan siksaan yang sangat dahsyat melebihi siksaan yang ditimpakan kepada teman-temannya yang lain, begitu juga dengan Abu Mu’ad dan Abu Sholih al Qithry, dan mereka semua telah dipilih oleh Allah disisi-Nya sebagai Syuhada’ insya Allah.
Diantara perbuatan bejat mereka terhadap mujahidin adalah, suatu malam mereka mengambil salah satu tahanan dari mujahidin, kemudian mereka mendudukkannya di depan televisi dan disetelkan Vidio, ditampilkan kepada mereka film Porno sementara moncong senjata berada di belakang saudara kita. Orang-orang Kroasia menekan mereka dan mengancam : “ Jika kami melihat kamu menundukkan pandangan maka akan kami habisi hidup kamu “. Ini bukan siksaan yang menyenangkan, karena sungguh orang-orang Kroasia telah mengetahui bahwa Islam mengharamkan perkara yang semacam ini.
Yang terpenting adalah bahwa singa Allah yang pemberani itu telah syahid insya Allah. Al Mu’taz billah al Mishri, beliau telah merancang beberapa masa lamanya untuk membebaskan mujahidin yang tertawan dengan cara membebaskan teman-temannya mujahidin yang ditawan oleh orang-orang Kroasia yang terlaknat. Dan benar berhasillah apa yang direncanakannya, beliau menyandra komandan Kroasia di tengah kota Bosnia kemudian ditukar dengan para mujahidin yang tertawan.
Kisah ini sangat terkenal dan telah dishoting di dalam kaset Vidio, namanya “ Bariqotu Amal “.
Allah telah menetapkan saudara kita Abu Mu’ad dan orang-orang yang bersamanya bisa bebas, maka bergembiralah mujahidin dengan bebasnya mereka, kemudian mereka bergabung lagi dengan para mujahidin dan kembali ke medan perang.
Setelah bebarapa masa para ikhwah dari Qitry memutuskan untuk keluar dari Bosnia untuk kembali ke Qitr melalui jalan Bandara Sarajevo. Para mujahidin Qitry ini meninggalkan beberapa pemuda mujahid, mereka adalah Abu mu’ad Al Qitry, Abu Sholih dan Abu Abdullah al Qitry, lalu mereka pergi menuju Sarajevo.
Pada waktu itu Sarajevo terkepung oleh Serbia dan jalan yang bisa dilalui adalah melalui jalan Gunung Al Multawiyyah. Akhirnya mereka pun sampai di Bandara Sarajevo dan menyerahkan berkas perjalanan mereka. Mereka berkata : “ Kami akan kembali untuk bersama-sama lagi dalam peperangan yang akan datang dari Sarajevo sebelum dua hari atau tiga hari perjalanan kami “. Dan benar mereka telah kembali pada saat peperangan tiba, kemudian mereka pulang lagi ke Sarejevo.
Mereka sampai disebuah desa yang bernama Bazaritish. Salah satu pemimpin desa itu mendapati mereka berbahasa arab, maka pemimpin itu pun memuliakan mereka dan berkata kepada mereka : “ Saya akan antar kalian ke Sarajevo dan akan saya tunjukkan kalian jalannya “. Kemudian mereka mengendari mobil. Pemimpin desa itu berkata : “ Maaf izinkanlah aku kembali untuk berpamitan kepada anak-anakku “. Maka kembalilah mereka bersama pemimpin itu, kemudian pemimpin itu masuk rumah dan pamitan kepada anak-anaknya, dan beliau berwasiat kepada istrinya yang sholihah dan juga kepada anak-anaknya yang baik. Kemudian pemimpin itu mengantarkan ke Qitr dan menunjukkan jalan kepada mereka.
Salah satu komandan Bosnia “ Kamina “ – dia adalah seorang Komunis – membunuh mereka semua ketika mereka berada di perjalanan. Kemudian dia meletakkan khomr disamping mereka dan difoto, lalu gambar itu dikirimkan ke sebuah surat kabar dan ia berkata : “ Mereka telah datang dalam kondisi mabuk dan mereka masuk ke Serbia lalu mereka di bunuh oleh orang-orang Serbia “.
Melihat hal tersebut berdirilah seorang istri orang Bosnia lalu mengumpulkan manusia dan para masul – pemimpin – di sana, dan perempuan itu memuji Allah atasnya.
Wanita tersebut membersihkan nama baik suaminya dan orang yang bersamanya dari fitnah ini dan ia ajak orang-orang Bosnia untuk menuntut balas suaminya dan para mujahidin dari perbuatan – bejat - komandan itu.
Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada ketiga mujahid itu dan ditempatkan di dalam Jannah-Nya.
Ya Allah ! Terimalah mereka ……………………
VIII. ABU YASIR AL IMAROTI
Abu Yasir Al Imaroti, berasal dari negeri Al Imarot dari kota As Syariqoh. Beliau seorang pemuda yang lahir dari keluarga hartawan. Ibunya asli Holandia dan bapaknya seorang pekerja sukses.
Bapaknya menikah dengan ibunya ketika bapaknya sedang mengadakan perjalanan dalam mengurus bisnisnya. Akan tetapi Allah berkehendak membuat perselisihan diantara kedunaya hingga bapaknya menceraikan ibunya ketika sudah mempunyai anak satu.
Sesuai peraturan yang berlaku, anak ditinggalkan pada istri untuk dididiknya.
Pada beberapa kesempatan bapaknya pun mengunjunginya dan tinggal di Holandia untuk menyelesaikan keperluannya.
Anak ini kini tlah dewasa, ia telah berumur empat belas tahun dan ia masih tinggal di Holandia. Bapaknya mempunyai teman yang senasib dengannya yaitu mempunyai seorang istri dan anak lelakinya. Istrinya di cerai dan – sekarang tinggal bersama anak lelakinya tinggal di Rusia.
Keduanya – bapak Abu Yasir dan seorang temannya - bersepakat untuk pergi ke negeri yang dahulu mereka nikah disana untuk mengadakan Ruju’ – nikah ulang -dengan istrinya dan anaknya.
Benar ….. keduanya terbang ke negeri istrinya masing-masing, mengunjungi istri dan anaknya dan ternyata keduanya adalah bertetangga di daerah Syariqoh.
Bapak Abu Yasir memasukkannya dan anak tetangganya ke sebuah madrasah untuk belajar bahasa arab. Kedua anak itu diberi uang dan dibelikan mobil baru. Hari-harinya hidup dalam gelimang harta dan kemewahan, setiap hari dibagi uang seribu dirham.
Abu Yasir bersahabat dengan anak tetangganya, dan anak tetangganya ini selalu mengagungkan Rusia dengan kebiasaan hidup disana.
Suatu hari – anak tetangga - itu membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang wartawan Rusia yang menerangkan peperangan Afghanistan dan keberanian serta pengorbanan mereka, dan selalu menjaga agama mareka dan… dan … dan …
Setelah membaca buku, anak itu pergi ke Abu Yasir dan berkata kepadanya : “ Bagaimana menurutmu mereka – orang Afghanistan – itu ? “. Ia menjawab : “ Aku mengerti ada sebuah perpustakaan milik orang Afghanistan di Dubai, bagaimana menurutmu kalau kita pergi kesana bersama “. Benar ….. keduanya pun pergi ke sana.
Ternyata perpustakaan itu adalah milik Hikmatyar. Keduanya melihat majalah-majalah jihad dan cetakan jihad, mereka mengambil banyak hal darinya lalu pulang.
Keduanya membaca – majalah-majalah dan cetakan yang ada - dengan tekun dan mendalam dan keduanya mengikuti berita-berita mujahidin Afghan dalam mengusir Rusia.
Benar ….. ternyata keduanya menyiapkan diri dan terbang menuju Afghanistan. Keduanya sampai di sana dan diterima oleh teman-teman dari arab di Baitul Anshor – rumah untuk menampung mujahidin – dan dari sana lalu dibawa ke Kamp Al Faruq. Setelah itu mereka pergi ke Front Jalalalabad.
Keduanya merasakan kenikmatan yang ada disana dan keduanya pun meninggalkan kenikmatan dunia dan keindahannya dan – kenikmatan dunia itu -diletakkan di belakang pungungnya.
Kedua bapak anak tersebut bersedih berpisah dengannya, maka kedua orang tua itu pun pergi ke Pakistan untuk menjumpai kedua anak itu.
Benar ….. kedau orang tua itu sampai disana dan langsung disambut oleh kedua anaknya, lalu keduanya pulang bersama orang tuanya ke Al Imarot. Akan tetapi fikiran keduanya tidak menentu dan angan-angannya melayang-layang. Lalu keduanya menyampaikan dakwah kepada ibunya masing-masing yang pada saat itu masih beragama nashrani hingga Allah memuliakan keduanya dengan masuk Islam.
Abu Yasir mendengar tragedi yang terjadi di Bosnia Herzegovina, lalu ia menghabari temannya, akan tetapi temannya tidak bisa menyertainya karena kesibukannya.
Abu Yasir mengadakan perjalanan lagi ke medan jihad hingga sampailah ia ke bumi Bosnia Herzegovina. Beliau bergabung di Front Jlizonubauly dan ribat bersama mujahidin di sana. Dia bersama kedua teman tadribnya masuk ke Bosnia – mereka adalah – Abbas Al Khoulani dan Abu Ali Al Bahroini.
Sebagaimana sifat para syuhada, beliau selalu melayani teman-temannya dengan tenang dan bersikap lemah lembut kepada mereka.
Allah memberikan kemulian kepada beliau dengan mengikuti banyak peperangan melawan Serbia dan Kroasia yang melancarkan serangan kepadanya, hingga datanglah hari beliau mendapat syahadah seperti yang telah dijanjikan oleh Allah.
Pada saat itu beliau berada di Front Zafidufitisya. Pada Front tersebut terdapat sebuah Gunung yang memanjang di atas kota. Serbia hendak memecah belahkan kaum muslimin dari atasnya. Kemudian tentara Bosnia pun ingin mendaki puncak gunung tersebut untuk mengembalikan kota tersebut dari koyakan Serbia yang selama ini telah terkoyak separo.
Para mujahidin arab memasuki medan perang dan dibagi menjadi beberapa kelompok dan mereka bersiap-siap untuk mengadakan perang.
Adalah Abbas Al Khaolani dan Abu Ali Al Bahroini dan Abu Yasir Al Imaroti berada dalam satu kelompok. Dengan izin Allah keduanya sampai dan dapat menduduki puncak gunung yang telah dikuasai Serbia, akan tetapi disana ada parit yang dibangun oleh Serbia dan dijadikan sebagai perlindungan. Maka Abbas pun maju dan menyerangnya, dan terbunuhlah beliau disana.
Tiba-tiba meluncurlah Roket anti Tank dan tepat mengenai kepada Abi Ali Al Bahroini hingga beliau menemui syahadah. Dan tiba-tiba meluncur juga serangan Mortar yang jatuh di samping Abu Yasir Al Imaroti hingga terbunuhlah beliau…..
Ketiga teman itu telah meninggalkan dunia setelah menempuh jalan jihad di Afghanistan dan setelah menempuh kesulitan hingga bisa masuk ke bumi Bosnia Herzegovina….. hingga akhirnya Allah menerima apa yang mereka persembahkan.
Kita bertemu pada rahmat Allah ……………….
IX. ABU ZAID AL HAJIRI AL QITRY
Abu Zaid Al Qitry seorang pemuda yang tinggal di Ri’an. Masa mudanya dihabiskan bersama keluarganya di Qitr dan kota Ad Dauhah yang mencetak singa ini. Bapaknya bekerja sebagai tentara di Qitr dengan menyandang pankat tinggi.
Ketika anaknya sudah berumur empat belas tahun, bapaknya mulai mengajak anaknya bergabung dengan tentara Qitr, bapaknya menggabungkan anaknya dengan tentara. Maka anak itu belajar sebisanya sesuai dengan tingkatan umurnya sampai umur tujuh belas tahun.
Pada tahun itu terjadilah tragedy Bosnia Herzegovina dan berita itu telah tersebar ke seluruh orang. Beliau terbang kesana untuk menolong saudara-saudaranya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya.
Abu Zaid mencari-cari berita dan berfikir bagaimana bisa menolong mereka. Fikirannya menerawang membayangkan seandainya beliau termasuk orang yang mengorbankan dirinya untuk menolong dan mengangkat kemuliaan Dien mereka atas darah dan tulang belulang mereka, sampai pada akhirnya Allah berkehendak mempertemukan beliau dengan keempat pemuda Qitr. Mereka adalah Abu Muhammad, Abu Mus’ab dan Abu Mu’ad. Mereka bertekad untuk berangkat ke Bosnia dan menolong saudara-saudara mereka disana. Mereka bertemu dengan Abu Sholih Al Qitri, Abu Mu’ad Al Qitri, Abu Kholid Al Qitri – semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka semua -.
Benar ….. para pahlawan itu bergerak ke Bosnia dan bersama mereka saudara kita Abu Zaid rohiamhullah. Mereka hadapi semua kesulitan dan kepayahan. Mereka tinggalkan dunia dan gemerlapnya, keindahannya dan kemegahannya di belakang punggung mereka dan mereka selalu bercita-cita untuk mendapatkan syahadah.
Mereka telah sampai di Bosnia dan bergabung dengan pasukan mujahidin. Setelah berlalu beberapa bulan salah seorang teman mereka tadzrib ada yang ingin kembali pulang ke keluarganya di Qitr. Akan tetapi setelah berfikir panjang dan mengingat kembali cita-cita untuk mendapatkan syahadah maka ia menetapkan untuk tinggal disana dan tidak akan kembali pulang ke Qitr.
Benar ….. beliau pun meninggalkan teman-temannya – yang ada di Qitr - dan mengokohkan tekad untuk menetap disana.
Pada musim dingin di tahun 1414 H. mujahidin turun dari parit-parit penjagaan menuju barisan belakang untuk beristirahat selama sebulan penuh, karena pada bulan ini saljunya sangat tebal.
Di baris belakang para mujahidin berkumpul di sebuah madrasah milik orang-orang Bosnia. Di tempat inilah tampak sifat-sifat orang yang mendapat syahadah pada diri saudara kita – Abi Zaid Al Qitri -, seperti, sikap tawadhu’, mementingkan kepentingan saudaranya, beliau selalu menjadi petugas yang membagi-bagikan makanan kepada mujahidin, dan beliau tidak makan kecuai setelah semua mujahidin sudah mendapat makanan semua lalu beliau memakan sisa-sisa makanan yang ada dari mujahidin. Jiwanya begitu mulia, beliau dicintai para pemuda disana dan dihormati oleh mereka. Pada malam hari beliau tidak pernah melewatkan sholat malam dalam kekhusyuan dan kerendahan hati di depan Robnya. Dan pada siang hari beliau selalu puasa daud – sehari puasa sehari berbuka -.
Setelah berlalu musim dingin bergeraklah para mujahidin menuju Front untuk berjaga.
Pada suatu hari ketika beliau sedang jaga waktu itu cuaca langit sangat cerah dan salju memenuhi bumi dan pada malam hari itu komandan pasukan sedang mengadakan kontrol di parit-parit penjagaan, maka komandan itu menyaksikan Abu Zaid seorang diri sedang memandangi langit dengan pandangan tajam. Lalu komandan itu memanggil beliau : “ Wahai Abu Zaid ….. Abu Zaid ….. Abu Zaid ….. beliau tidak menoleh kepada komandan hingga komandan itu mendekati beliau dan menggerakkan beliau dan berkata : “ Ada apa denganmu ? “. Beliau menjawab : “ Tidak ada apa-apa “. Komandan itu berkata lagi : “ Demi Allah engkau harus bercerita kepadaku “. Beliau berkata : “ Demi Allah ! Aku telah melihat langit seakan-akan langit itu terbuka dan pada saat itu muncullah seorang perempuan yang sangat cantik sekali yang belum pernah aku lihat dalam hidupku, ia lambaikan tangannya kepadaku dan memberikan salam kepadaku “. Komandan menyudahi cerita itu dan keduanya lalu berjaga bersama.
Peperangan al Fath Al Mubin telah dekat, para singa Allah bersiap-siap untuk menyambut peperangan ini dengan gembira dan bahagia. Peperangan itulah yang disebut-sebut dengan “ Pengalaman militer “. – karena - front tersebut tidak akan dapat dimenangkan kecuali dengan menggunakan pesawat terbang. Tentara Bosnia telah mencobanya berkali-kali untuk menaklukan daerah itu – namun belum juga bisa ditaklukkan -.
Mujahidin bergerak maju menuju daerah itu dan setiap mujahidin menyenandungkan bait-bait syair :
“ Akan aku bawa ruhku menuju peristirahatanku
Dan aku bawa ruhku menuju jurang kematian “.
Setiap mujahid bercita-cita mendapatkan syahadah dengan jujur di dalam hatinya setelah terlebih dahulu banyak membunuh musah-musuh Allah Serbia dan menimpakan siksaan kepada mereka di dunia sebelum mereka rasakan di akhirat kelak.
Ketika dimulai peperangan dan meningilah suara takbir, gugurlah saudara kita Abu Zaid Al Qitri sebagai syuhada’ – semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada beliau - dalam kondisi berhadapan dengan lawan bukan membelakangi – lari -. Dan kita tidak mensucikan seseorang atas Allah. Beliau gugur sebagai pahlawan pemberani.
Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada sang pahlawan yang masih muda umurnya, akan tetapi besar amalnya. Beliau pada saat itu baru berumur tujuh belas tahun.
Selamat tinggal wahai Abu Zaid. Insya Allah kita berjumpa kembali di Jannah
X. HISYAM AL QUSYAIRI
(DAGESTAN)
Selamat berbahagia wahai sang pahlawan pemberani ….. engkau telah merasakan keberuntungan dengan mendapatkan kebaikan yang tidak dirasakan oleh manusia….. seakan-akan aku ikut merasakan – apa yang kamu rasakan - berada dalam Jannah yang kekal yang engkau usahakan ….. bersamamu para Bidadari wahai Hisyam.
Hisyam Al Qusyairi ….. Abu Muhammad Al Qonnash ….. beliau dari penduduk kota Riyadh, lahir dari keluarga baik-baik. Beliau diberi petunjuk oleh Allah disaat kemenangan Kabul pada tahun 1992 kemudian beliau menetapkan untuk berangkat berjihad.
Benar … beliau terbang ke sana, kemudian beliau melakukan I’dad di sana lalu kembali pulang ke Saudi setelah beberapa masa tinggal disana. Kemudian berubahlah kondisinya, melemahlah Diennya, dan semakin jauh dari jalan – kebenaran -. Akan tetapi Allah berkehendak menyelamatkan lelaki itu dan dikembalikan kepada jalan – yang benar -. Kemudian bergemuruhlah di dalam jiwanya semangat jihad dan bangkitlah ingatannya, maka tiada hari-harinya kecuali dipergunakan untuk pergi ke bumi mana saja yang disana ada jihad. Kemudian beliau menetapkan untuk pergi ke Cechnya, dan itu sebelum peperangan kedua pada tujuh bulan lalu. Beliau ribath disana dan meningkatkan keimanannya.
Beliau mengadakan perjalanan ke Rusia bersama dengan salah seorang temannya yang sama-sama dari Saudi juga. Keduanya diberikan Visa oleh – negara - Rusia untuk pergi ke dua kota saja, kedua kota itu adalah Moscow dan Bitrusyerog. Keduanya lalu menghubungi mujahidin yang ada di Cechnya kemudian mijahidin menunjukkan jalan kepada keduanya. Keduanya naik Kereta api dan kendaraan apa saja yang dapat mengantarkan keduanya kesana, hinga keduanya sampai ke Nazran kota perbatasan dimana keduanya ditahan oleh Rusia karena tidak mempunyai Visa.
Hisyam dapat berbicara dengan bahasa Ingris, lalu didatangkan kepadanya seorang introgrator, maka introgator itu menengarai keduanya adalah para bisnismen yang datang dari Cechnya kesini untuk mensurvei barang dagangan yang ada disini.
Akhirnya keduanya kembali dengan pesawat terbang menuju Moscow, dari sana keduanya baru menghubungi mujahidin di cechnya dan kedunya menghabari tentang kondisi mereka. Lalu mujahidin mengutus seorang ikhwah Palestina yang tinggal disana untuk mengantar mereka ke Cechnya.
Benar ikhwah Palestina itu mengantar keduanya ke Chechnya, ikhwah itu mengatur perjalanan keduanya. Mereka berangkat ke Bandara dengan mengendarai Taksi, dan cuaca pada saat itu sangat gelap.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju kencang di belakang mereka, lalu memberhentikan sopir taksi, mereka mengeluarkan para pemuda dari dalam taksi dan melepas pakaian mereka lalu memukulinya dengan kuat.
Karena kuatnya pukulan mereka hingga patahlah tangan dan kaki ikhwan itu, wajahnya memar-memar, lalu uang, perbekalan dan paspornya dicuri juga …..??? dan mereka ditinggalkan di tanah lapang, hingga Hisyam menyangka bahwa sebentar lagi ia akan ditembak … ya… sebentar lagi ….. sekarang ….. begitulah perasaan yang bergemuruh dalam dadanya.
Sebagian merayap mendekati yang lain, dan mereka saling melepaskan ikatan mereka dengan gigi masing-masing.
Pada saat itu Hisyam pulang dengan tanpa membawa paspor dan uang, akan tetapi dengan taqdir Allah baliau dapat berfikir cerdik, ternyata beliau masih menyimpan beberapa uang dolar di bawah ikat pinggang celananya.
Kemudian keduanya pergi ke Kedutaan dan keduanya hendak dipulangkan ke Saudi- oleh kedutaan-. Akan tetapi teman kita ini tidak ingin pulang ke Saudi, bahkan ia kembali dan pergi ke Azebaijan dan beribath disana hingga mendapat jalan menuju Chechnya melalui Dagestan.
Benar ….. Allah berkehendak kepadanya dan temannya selain temannya menemaninya pertama kali untuk bisa mendapatkan Visa ke Rusia, tidak hanya dapat pergi ke dua kota saja – akan tetapi bisa ebih dari dua kota. Adapun panjangnya masa ia serahkan kepada Allah, dan beliau ingin masuk ke Cheechnya dan tidak ingin keluar lagi hingga Allah memudahkan baginya dapat masuk ke Chechnya. Semua kejadian ini terjadi sebelum pecah peperangan ke dua.
Sungguh ia tidak dapat menggambarkan rasa kegembiraan dan kebahagiaannya, dan beliau sangat bersemangat disana.
Tidak sampai empat bulan beliau tinggal disana pecahlah peperangan di Dagestan, ini adalah pertama kali peperangan yang beliau alami disana. Beliau berperang sebagaimana perangnya seorang pahlawan pemberani.
Tiba-tiba terdengar raungan Helikopter dan berdatanganlah Helikopter dari berbagai penjuru- mendekati beliau -.
Beliau pergi bersama seorang temannya “ Luyai “ untuk berlindung dari Helikopter di bawah rumah yang terbuat dari tanah liat yang telah runtuh. Tiba-tiba meluncurlah tembakan roket dari Helikopter, maka pada saat itulah janji Allah tiba, dan keluarlah ruhnya yang suci – sebagai syahid -.
Semoga Allah merahmatimu wahai Hisyam. Sungguh engkau telah mencari jihad, dan engkau pun banyak diuji tidak cuman sekali – dalam perjalan jihadmu -. Akan tetapi engkau tetap tegar dalam ujian itu hingga Allah menemukan engkau dengan Jannah insya Allah.
Selamat tinggal wahai Hisyam ........................
XI. MUKHOLLID AL ‘UTAIBI
ABU ABDURROHMAN AL KUWAITI
Salah seorang salaf ada yang berkata : “ Demi Allah sesungguhnya kita akan menyaksikan para lelaki, kita mencintai mereka karena Allah, maka bertambahlah keteguhan dan keimanan kita dengan melihat mereka berhari-hari “.
Saudara kita Abu Abdurrohman – semoga Allah merahmatinya – termasuk salah satu dari para lelaki itu, dan kita tidak mensucikan seseorang atas Allah.
Beliau berwibawa, wajahnya memancarkan cahaya yang cerah. bentuk mukanya tidak berbeda dengan salah seorang teman beliau yaitu Abu Mu’ad Al Kuwaiti – semoga Allah merahmatinya -.
Beliau mendengar kabar jihad di bumi Bosnia Herzegovina, maka beliaupun mencari-cari kabar dan bertanya-tanya jalan menuju sana untuk menolong saudara-saudaranya orang Bosnia di negeri mereka. Beliau korbankan jiwanya yang suci itu dengan murah fie sabilillah dan beliau jual di pasar Allah. Karena Allah berfirman :
اِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجََنَّةَ
“ Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa-jiwa mereka dan harta benda mereka dengan Jannah “. (QS. At Taubah : 111)
Sampailah beliau ke Bosnia Herzegovina pada awal bulan ٍya’ban pada tahun 1415 H. dan bergabung dengan pasukan mujahidin. Beliau adalah seorang lelaki yang berakhlak mulia dalam pergaulan dan selalu mementingkan keperluan orang lain, selalu besikap merendah kepada saudara-saudaranya seiman.
Jikalau engkau tanyakan tentang amalan ibadahnya maka beliau adalah seorang yang tidak pernah meninggalkan sholat malam. Jikalau engkau tanyakan tentang puasanya maka beliau tidak pernah meningalkan puasa senin dan kamis, dan beliau mengikuti amaliyat di Gunung Falasij yang disitulah saudara kita Abu Abdullah As Syarqi terbunuh – semoga Allah merahmatinya -. Dan setelah itu beliau pun mengikuti peperangan-peperangan yang terjadi di sekitar kota Turofinik.
Pada salah satu peperangan di malam Arofah pada tahun 1415 H. kepala dan pundak beliau terluka dan beliau sangat bergembira sekali dengan luka tersebut, karena itu adalah setempel syahadah dan janji yang telah disabdakan oleh nabi shollallahu ‘alaihi wasallam :
مَامِنْ مَكْلُومٍ يُكْلَمُ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَاللهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيْلِهِ إِلاَّ أَتَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَكَلْمُهُ يَدْمِي الرِّيْحُ رِيْحُ الْمِسْكِ وَاللَّوْنُ لَوْنُ الدَّمِّ
“ Tidaklah orang yang terluka fie sabilillah wallahu a’lam siapa saja yang terluka di jalan-Nya kecuali besok – ketika – datang pada hari kiamat maka lukanya tetap berdarah, aromanya bau misk dan warnanya tetap warna darah “.
Beliau sampai di Misywaroh di negeri Al Balqon sampai selesai perang disana kemudian beliau kembali pulang ke Kuwait, setelah beberapa masa beliau mendengar kabar tragedi yang terjadi di Chechnya, dan teman-temannya kaum muslimin meminta beliau untuk menolong mereka. Maka beliaupun menyiapkan diri berangkat untuk membela saudara-saudaranya dan kehormatan kaum muslimin di negeri itu.
Setelah berusaha keras beliau pun dapat masuk Chechnya dua bulan sebelum perang kedua pecah. Komandan yang terkenal disitu adalah Ibnul Khottob bersama kelompoknya yang telah tinggal lama di bumi Dagestan, maka Rusia dapat mengepung Ibnul Khottob bersama kelompoknya dan menyeru Ibnul Khottob dan kelompoknya untuk menyerahkan diri kepada Rusia.
Ketika mereka sedang dikepung oleh Rusia maka majulah wakil Ibnul Khottob yang bernama Hakim Al Madani – semoga Allah merahmati beliau -, dan wakilnya adalah Abu Abdurrohman, mereka maju memerangi Rusia sebagaimana perangnya para pahlawan pemberani hingga mereka dapat membuka batasan dari musuh untuk dapat dilewati Khottob dan kelompoknya untuk keluar dari kepungan.
Ketika Hakim Al Madani dan kelompoknya berkehendak kembali ke Gunung Chechnya maka pada saat itu orang-orang Rusia sedang bersembunyi di puncak Gunung lalu menyerang mereka dengan cepat, maka terjadilah peperangan yang sengit.
Akhir peperangan dimenangkan oleh tentara Allah atas musuhnya, dan Hakim Al Madani memutuskan untuk menyingkirkan orang-orang Rusia yang terbunuh. Ternyata dianta yang terbunh masih ada seorang yang belum mati. Ketika Hakim Al Madani menjauh darinya karena disangka sudah mati orang jelek – Rusia – itu menembakkan pelurunya ke punggung Hakim Al Madani maka terbunuhlah beliau. Kemudian para pemuda – anak buah Hakim al Madani – menghabisi orang Rusia itu. Kemudian setelah itu kepemimpinan diserahkan kepada Abu Abdurrohman dan beliau melanjutkan maju menuju puncak Gunung. Maka ketika itu meluncurlah peluru Roket yang tepat mengenai kepala beliau hingga gugurlah beliau seketika itu. Begitulah – pemuda - Kuwait pemberani ini maju – semoga Allah merahmatinya – maka hilanglah salah satu putra terbaik Kuwait – yaitu Abu Abdurrohman -. Dan beliau telah ditempatkan oleh Allah di dalam Jannah dan Allah memberikan ganti pada ummat ini yang lebih baik dari beliau.
Sungguh beliau telah mendapatkan syahadah dan beliau telah begembira dengan syahadah itu dan beliau telah berjumpa dengan teman sejalannya Abu Muhammad Al Kuwaiti – semoga Allah merahmatinya -.
XII. SAMIR ATS TSABITI
Beliau adalah salah seorang pemuda dari Thoif, sebuah kota tenang yang telah mengeluarkan pahlawan ini. Pada awal masa mudanya ia termasuk pemuda yang bergelimang dengan maksiyat dan lalai dari Allah sampai Allah mempertemukan beliau dengan orang yang menasehati beliau dengan untaian kalimat yang mudah difahami. - Lihatlah ! Apakah orang yang menasehati itu menyangka kalau orang yang dinasehati itu akan menjadi seorang lelaki seperti yang ia kehendaki dan menjadi lelaki yang mau mengorbankan dirinya fie sabilillah ? semua pahala akan menjadi kebaikan dan sampai kepada orang yang mendakwahinya dan itu adalah karunia yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki –
Ternyata lelaki itu benar-benar menghentikan kebiasaan buruknya dan meninggalkan semua temannya dimasa lalu dan sekarang umurnya sembilan belas tahun. Sebelum ia meninggalkan teman-temannya beliau menyampaikan perkataan untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya.
Lelaki itu mempunyai kehebatan dan tidak mempunyai rasa takut – pemberani -,. Beliau memulai membuka-buka kitab dan bertanya kepada para ulama tentang amalan yang paling utama. Maka para ulama itu menjawab bahwa amalan yang paling utama adalah Jihad fie sabilillah. Maka setelah mendengar jawaban itu beliau segera berserikat dengan saudara-saudaranya dalam jihad di bumi Bosnia Herzegovina.
Benar ….. beliau pun pergi ke Bosnia, hatinya bergembira hingga hampir terbang rohnya karena sangat gembira dan dapat sampai di Bosnia dan bergabung dengan para mujahidin disana. Beiau orangnya tenang dan mempunyi kehebatan sehingga dicintai oleh teman-temannya, beliau berotak jenius dan pemberani.
Setelah berlalu sembilan bulan beliau dipilih oleh Mu’taz untuk mengkoordinir satu kelompok untuk mengawasinya dan dipasrahi untuk menjadi komandan pada kelompok tersebut dalam peperangan Al Fath Al Mubin hingga peperangan usai di Bosnia Herzgovina. Kemudian setelah itu beliau pulang.
Ketika pulang beliau mendengar kabar bahwa kaum muslimin di Kosovo sedang terbantai, maka beliau terbang ke sana untuk menolong saudara-saudaranya.
Celakalah Serbia, ternyata ada seorang lelaki yang mengenali mereka dan mereka pun mengenalinya telah datang bergabung dengan para mujahidin Kosovo – beliau adalah Samir Ats Tsabiti -. Beliau bertempur dengan gagah berani disana hingga naiklah pamor beliau dan tinggi kedudukannya dikalangan orang-orang Kosovo. Di sebuah daerah beliau memimpin satu kelompok untuk menyerbu jendral Serbia yang tinggal di dekat daerah itu yang berhadapan dengan barisan kaum muslimin. Jendral Serbia ini telah membantai kaum muslimin, membakar tempat tingal mereka, kampung halaman mereka dan menumpahkan darah mereka, sehingga tersebar kabar tentang keradikalan jendral Serbia tersebut.
Abu Mus’ab rohimahullah merenung cukup lama, kemudian beliau berkata kepada orang-orang Kosovo : “ Siapa yang mau berjanji setia kepadaku untuk membunuh jendral “, maka sebagian mereka pun menyatakan janji setia kepada beliau.
Benar ….. Singa pahlawan ini maju menyerang bersama sebagian mujahidin yang telah mengikat janji setia kepada beliau untuk masuk menyerbu bumi Serbia dan masuk ke rumah jendral tersebut. Terjadilah peperangan kecil dan Abu Mus’ab – Samir Ats Tsabiti – dapat masuk ke dalam rumah jendral tersebut. Beliau menghunus pisaunya dan menghujamkannya kepada jendral tersebut, kemudian kepalanya beliau penggal lalu rumahnya ditutup kembali dan beliau kembali lagi bersama-sama mujahidin.
Kaum muslimin merasa lega dari kejelekan jendral Serbia itu dan mereka takut kalau terjadi lagi seperti ini.
Kamu lihat apakah saudara kita – Samir Ats Tsabiti - yang dahulunya lalai itu akan dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan kepahlawanan ini ? berapa banyak dari para lelaki yang membutuhkan dakwah – seperti beliau -. Kewibawaan Abu Mus’ab semakin naik dikalangan penduduk dan mereka memuliakan beliau dan meninggikan kedudukannya hingga berakhirlah perang di Kosovo. Kemudian menyalalah peperangan di Chechnya dan beliau pun menyiapkan diri untuk berangkat ke sana dan menolong saudara-saudaranya dalam rangka mencari keridhoan dari Robnya dan mencari syahadah di jalan-Nya.
Benar ….. beliau pergi ke Chechnya dan turun di Giorgia, akan tertapi orang-orang Giorgia tidak mengizinkannya masuk ke negeri itu, mereka menghalangi beliau masuk Hotel. kemudian beliau memutar otak untuk dapat masuk ke Checnya, lalu beliau kabur dan mencari orang yang dapat mengantarkan beliau masuk ke Checnya. Akhirnya beliaupun dapat masuk ke bumi Chechnya dan bisa bergabung dengan para mujhaidin di sana.
Melihat kedatangan beliau, Ibnul Khottob tampak gembira dan memberikan tugas kepada beliau untuk menjadi komandan salah satu kelompok mujahidin, karena dilihatnya beliau mampu dalam hal itu.
Kisahnya beliau di Chechnya lihai dalam menembak dengan senjata Mortar. Pada suatu hari beliau berada di puncak Gunung dan di bawah ia melihat tentara Rusia sedang mengadakan parade kekuatan, mereka ingin membuat muasykar – pangkalan militer – disitu dan ia perkirakan bahwa tempat itu tidak terjangkau oleh serangan senjata mujahidin.
Pada hari berikutnya orang-orang Rusia sedang menyusun kekuatan – untuk menyerang mujahidin -, mereka memakai baju besi , menyiapkan alat pelempar dan perlengkapan lainnya.
Singa Abu Mus’ab sudah mengintai mereka, lalu setelah itu beliau obrak-abrik seluruh kepentingan mereka, setiap tembakan roket yang dilancarkan beliau tidak ada yang meleset dari sasaran dan beliaupun dapat menghancurkan sebuah Helikopter mereka dan beberapa persenjataan perang mereka dan tentaranya banyak yang terbunuh pula, sehingga mereka lari tunggang-langgang meninggalkan daerah yang mereka duduki tersebut.
Adapun kunyah – sebutan – bagi Samir Ats Tsabiti di Chechnya adalah Abu Dzar At Thoifi.
Adapun kisah terbunuhnya beliau adalah, suatu ketika beliau dan kelompoknya menyisir daerah di pedesaan yang beliau singgahi, ternyata beliau dapati disana ada ranjau yang dipasang oleh Rusia, maka beliau pun ingin membersihkan ranjau itu. Maka beliau menjinakkan salah satu ranjau itu, akan tetapi ketika beliau memegang rangjau itu meledaklah ranjau tersebut dan gugurlah beliau pada saat itu juga. Maka beliau pun kembali kepada Kasih Sayang Allah insya Allah dan beliau telah sampai di Jannah dan sungai, berada di tempat yang disenangi di sisi – Rob – yang Maha Berkuasa.
Ada cerita yang aneh yang menjelaskan akan kedekatan hubungan beliau dengan Allah. Yaitu ketika beliau mendengar tragedi yang menimpa saudara-saudaranya kaum msulimin di Kosovo beliau langsung pergi ke sana, dan beliau berusaha dengan keras untuk bisa masuk ke daerah Kosovo hingga akhirnya beliau dapat masuk, beliau diantar oleh seorang sopir Taksi dari negeri yang berdekatan dengan Kosovo, maka ketika diperjalanan kendaraan yang dinaiki beliau diberhentikan oleh tentara Serbia dan mereka menyuruh sopir untuk menyerahkan beliau kepada mereka untuk masuk ke garis depan. Maka keluarlah sopir taksi dari mobilnya dan Abu Mus’ab pun berdiri sementara taksi di parkir. Polisi tersebut meminta uang kepada sopir taksi dengan paksa, sopir taksi itu pun menolak sementara perjalanan sudah dengan kampung yang dituju. Polisi Serbia mencari-cari kesalahan kedua orang ini, dan mereka menahan keduanya di daerah tersebut dengan paksa. Pada saat itu anjing-anjing polisi disebar disemua tempat.
Dalam kondisi seperti itu Abu Mus’ab menengadahkan tangannya dan berdo’a kepada Allah dengan sungguh-sungguh : “ Ya Allah ! Jikalau Engkau lepaskan aku dari kondisi ini sungguh aku akan berjihad di jalan-Mu dengan sungguh-sungguh “. Maka setelah mendengar do’a Abu Mus’ab Allah pun mengabulkan do’anya. Kemudian Allah membutakan penglihatan tentara Serbia sehinga beliau dan seorang penunjuk jalan bisa kabur hingga sampai di perbatasan Albania, mereka tidak melihat keduanya kabur. Tapi ternyata ada seorang Serbia penjaga perbatasan yang melihat mereka berdua lalu ia tembak keduanya, maka gugurlah si penunjuk jalan dan tinggallah beliau sebatang kara. Dengan rahmat Allah beliau bertemu dengan mujahidin. Kisah ini menunjukkan benarnya sabda rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :
تَضَمَّنَ اللهُ لِلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِهِ إِذَا خَرَجَ لاَ يَخْرُجُهُ إِلاَّ جِهَادًا فِي سَبِيْلِهِ أَنْ يَرْزِقَهُ الشَّهَادَةَ أَوْ يَرْجِعَهُ إِلَى بَيْتِهِ الَّذِي خَرَجَ مِنْهُ بِمَا نَالَ مِنَ اْلأَجْرِ وَالْغَنِيْمَةِ....
“ Allah menjamin bagi orang yang berjihad – mujahid – di jalan-Nya. Jika ia keluar maka tidak ada yang mengeluarkan dia kecuali untuk tujuan jihad di jalan-Nya agar diberi syahadah atau dikembalikan ke rumahnya yang ia keluar darinya dengan mendapatkan pahala dan ghonimah – harta rampasan – “.
Negeri Bosnia Herzegovina tidak akan melupakan kepahlawanmu disana, dan Kosovo pun tidak dapat melupakan perjuanganmu, dan Chechnya pun tidak akan pernah melupakan perngorbananmu disana. Semoga Allah mengganti untuk ummat ini orang yang lebih baik darimu. Semoga Allah merahmatimu dan menempatkanmu di Jannah Firdaus Al A’la
XIII. ABU HAFS AL KUWAITI
(HAMAD AS SULAIMAN)
Aku tinggalkan kalian dengan cucuran air mataku yang berderai ……………
Aku tinggalkan kalian, padahal kalian adalah penyejuk mataku…..
Abu Hafs Al Kuwaiti….. Hamad As Sulaiman. Berasal dari negara Kuwait, dari negeri yang mulia bagi kita.
Abu Mu’adz Al Kuwaiti, Abu Abdurrohman Al Kuwaiti… dan selain mereka dari para pahlawan yang datang dari negeri Kuwait.
Tidak seperti kebiasaanku dalam menyampaikan cerita-cerita para syuhada’, maka akan aku mulai dengan mengkisahkan lelaki yang agung ini.
Kulit beliau coklat dan hati beliau putih besih, tubuhnya ramping, kokoh dalam membela al haq – kebenaran -. Engkau akan saksikan mukanya terdapat guratan kesedihan, aku mengenalnya ketika berada di bumi Bosnia Herzegovina, dan pada waktu di Afghanistan aku belum mengenal beliau.
Sebelum menyebutkan tentang kiprah beliau di kancah jihad maka kami mulai menyebutkan biografi kehidupannya.
Beliau anak pertengahan diantara saudara-saudaranya, beliau lahir dari keluarga baik-baik, bapaknya seorang lelaki sholih, bapaknya telah mengiringinya dan mendidiknya untuk meninggalkan kehidupan dunia. Dikarenakan sakit maka akhirnya bapaknya meninggal di Rumah Sakit Al Mania di Saudi dan beliau ridho dengan anak lelakinya ini.
Abu Hafs menyelesaikan kuliahnya di sebuah Universitas di Amerika dan beliau mengambil jurusan spesialis Komputer. Semua saudara-saudaranya sekolah di Amerika. Akan tetapi kuliah beliau belum selesai dan beliau sudah bergabung dengan para mujahidin di Afghanistan dan datang ke sana pada tahun 1988 M. menuju daerah Jojy yang sangat terkenal dalam sejarah. Sampai Allah mengeluarkan Rusia dari negeri itu kemudian beliau keluar lagi ke Kuwait ketika terjadinya perang Irak. Seusai perang Irak terjadilah tragedi Bosnia Herzegovina dan beliau termasuk orang yang datang terdahulu ke bumi – Bosnia – yang pernuh berkah itu.
Beliau pergi kesana dengan salah seorang temannya dari Kuwait juga melalui sebuah Yayasan. Mereka mempunyai misi dalam dakwah dan mereka ikut serta saudara-saudara mereka dalam peperangan kapan saja ada kesempatan perang. Beliau dan seorang temannya menetap di salah satu posko Bosnia yang disana terdapat kegiatan-kegiatan orang Rofidhoh – Syi’ah – yang sangat kuat yang datang dari Iran. keduanya – Abu hafs dan temannya- mengadakan kegiatan-kegiatan hingga terusirlah mereka – orang-orang syi’ah – dari kota itu. Setelah itu beliau kembali ke Kuwait untuk menyelesaikan amanah beliau di Yayasan Khoiriyah ini dan menitipkan keluarganya lalu kembali lagi ke bumi Bosnia dan bergabung dengan para mujahidin di daerah Kalisia di Tuzla.
Beliau seperti seorang ibu yang penyayang bagi para mujahidin dan beliau sangat lihai dalam berbahasa inggris, begitu juga bahasa Bosnia dengan logat fasih. Beliau menjadi da’I di daerah tersebut dan menjadi pengajar disana. Jika beliau sedang menjadi da’I maka beliau seperti singa yang keras terhadap orang-orang kafir Serbia. Karena beliau ingin merealisasikan firman Allah ‘Azza wa Jalla :
اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِيْنَ
“ Bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras kepada orang-orang kafir “. (QS. Al Fath : 29).
Beliau bersama-sama mujahidin disana dan beliau terjun dalam kancah peperangan. Tampak darinya sifat-sifat pemberani dan selalu mendahulukan kepentiangan saudara-saudaranya dan selalu mendahulukan mereka di depan.
Allah telah memuliakan aku bisa masuk bersama beliau pada peperangan di Badar Bosnia ( pada saat itu dishoting di kaset Vidio). Aku saksikan sendiri beliau adalah seorang pemberani dan selalu paling depan dalam medan jihad. Amaliyat pada saat itu berada pada sebuah daerah yang besar yang mencakup 52 desa. Daerah tersebut disebut dengan Fuzutisya. Kami menyerbu Serbia bersama datangnya fajar dan menghantam mereka dengan pukulan yang kuat. Peperangan selesai dengan gemilang seperti biasa dengan izin Allah. Dan ketika kami menyerbu mereka ternyata Abu Hafs sedang menghadapi mereka. Beliau menawan salah seorang dari tentara Serbia setelah melukainya dan memotong kepalanya lalu diangkat untuk ditunjukkan kepada kami sambil beliau tersenyum dengan karomah yang Allah berikan kepada beliau.
Allah telah memberikan karomah kepada beliau dengan banyak membunuh babi-babi Serbia dan kami berada dibelakang beliau menyaksikan keberaniannya. Kami berlindung dari kerasnya goncangan dan kami mengaguminya karena beliau selalu menyerbu dan menyerang mereka.
Telah habislah medan perang di Bosnia dan berakhirlah perang disana, maka ketika itu beliau linglung seakan-akan seperti orang yang kehilangan potensi. Aku melihat beliau dan matanya berkaca-kaca berwarna merah, wajahnya kelihatan murung dan sedih sampai aku menyangka bahwa keluarga beliau telah mati semua.
Beliau bekata kepadaku : “ Wahai Abu Fulan ! Peperangan telah usai dan para syuhada telah pergi menuju Jannah dan kita tinggal dengan dosa-dosa kita di dunia “. Aku mencoba menghibur dan membahagiakan beliau, akan tetapi kesedihan itu tidak hilang dari beliau bahkan beliau tidak mau kembali lagi ke Kuwait. Sebelumnya beliau pergi ke Checnhya pada saat terjadi peperangan pertama sampai di perbatasannya dan beliau ditawan disana dan beliau tinggal disana beberapa bulan sampai Allah membebaskan beliau, kemudian beliau kembali lagi ke Bosnia dan tinggal di Bosnia. Di Bosnia beliau menikah dengan seorang wanita sholihah asli Bosnia dan be ribat di bumi itu.
Setelah beberapa masa menikah beliau pulang ke Kuwait. Pada saat di Kuwait beliau ditawari untuk bekerjasama di IBM dengan diberi gaji seribu dinar, akan tetapi tawaran itu beliau tolak. Aku tanyakan kepada beliau mengapa tawaran itu ditolak ? beliau menjawab : “ Aku tidak ingin terikat dengan suatu janji, karena aku ingin setiap ada seruan untuk berjihad aku pergi ke medan jihad itu dengan tidak mempunyai ikatan dan perjanjian “.
Peperangan Chechnya kedua dimulai, beliau mencoba berkali-kali untuk bisa masuk ke sana, akan tetapi Allah belum menghendaki beliau untuk sampai ke sana. Beliau sering sekali mengunjungiku, beliau sangat merasakan kesedihan dalam hidupnya seakan-akan hilanglah potensinya. Amerika memulai membuat ulah dengan menggempur Afghanistan, setelah itu beliau menghubungi saya dan berkata : “ Wahai Hamad ! Allah menitipkan sesuatu kepadamu yang tidak akan hilang titipan-Nya itu “. Aku balas bertanya : “ Kemana engkau hendak pergi berjihad ? “. Beliau menjawab : “ Ke Afghanistan untuk menolong saudara-saudaraku disana “. Wahai Hamad ! Aku sudah bosan hidup, aku ingin mencari syahadah “. Beliau selalu mengulang-ngulang perkataannya sehingga hatiku merasakan kegundahan juga. Lalu aku katakan kepadanya dengan bergurau : “ Engkau selalu mengatakan seperti itu kepadaku dan kamu pun pulang lagi kepada kami ? !!! “. Beliau ketawa dan aku pun ketawa juga. Aku dan dia menangis dalam kesedihan dengan tinggal diamnya kita disini.
Akhirnya beliau pun pergi ke Afghanistan…… di malam hari ‘Ied, Allah menjadikan malam itu hari ‘Ied beliau – kembali – kepada Allah Subhanahu wa ta’ala – mendapat syahadah -. Beliau terbunuh di Gunung Torabora dan pada saat itu beliau lagi puasa dan sedang menunggu waktu berbuka.
Ya Allah ! Terimalah ia dan angkatlah derajatnya di sisi-Mu ya Allah.
Ya Allah ! Sesungguhnya nabi-Mu telah bersabda : “ Kalian adalah menjadi saksi-saksi Allah di dunia “. Ya Allah ! Sesungguhnya lelaki ini telah berperang dan meninggalkan dunia berserta kenikmatannya untuk menjumpai-Mu…. Karena rindu kepada-Mu dan meminta syahadah kepada-Mu…..
Ya Allah ! Berikanlah apa yang selama ini beliau minta kepada-Mu, dan gabungkanlah kami dengan beliau Ya Arhamar Rohimin…..
Ya Allah ! Gantilah kesedihan dan kegundahannya ketika di dunia dengan kebahagian dari-Mu dan sampaikanlah ia pada tempat yang Engkau janjikan untuknya…..
XIV. ABU USAID AL URDUNI
Abu Usaid Al Urduni… atau disebut juga Ibrahim As Syamri… beliau berasal dari keluaga Bangsawan di Urdun – Yordania -. Dari suku asli arab. Beliau berada dalam barisan tentara Urdun, beliau cukup lama berkerja di ketentaraan. Sebelumnya beliau belum pernah pergi berjihad, baik itu ke Afghanistan, Bosnia dan selainnya.
Sudah maklum karena di Urdun terdapat sekelompok dari orang-orang Chechnya yang hijrah ke Urdun karena buminya dijajah oleh orang-orang Soviet dan mereka terusir ke Urdun.
Disana – Chechnya – terkenal dengan keberaniannya dan menjaga adat-istiadatnya serta kepatuhan pada pemimpinnya. Adapun orang yang ditokohkan adalah yang mulia syekh Fathi As Syisyani ( Abu Sayaf ) rohimahullah. Beliau – syekh Fathi – rohimahullah termasuk dari orang yang ikut serta saudara-saudaranya berjihad di bumi Afghanistan. Dan beliau termasuk dekat dengan komandan yang ada di Afghanistan. Setelah usai peperangan di Afghanistan beliau pulang ke Urdun dan dari sana beliau pergi ke negeri aslinya Chechnya.
Peperangan Checnya yang pertama dimulai pada tahun 1995 M. maka kabar peperangan itu sampailah kepada singa kita Abu Usaid.
Kekuasaan Rusia yang dzolim pada kelompok – muslim – disana sangat mencengkram, maka tergeraklah para pembela Islam dan melaju dengan kobaran semangan mencari syahadah.
Beliau termasuk orang yang pertama-tama masuk ke Chechnya sebelum mujahid Ibnul Khottob rohimahullah. Beliau sampai di sebuah desa yang bernama Syisan di Chechnya, dan disanalah beliau ribat. Dan beliau bekeliling di bumi Chechnya untuk mengenal jalan-jalannya, tanda-tandanya dan pegunungannya.
Setelah beberapa saat tinggal disana beliau menikah disana dan beliau bersama-sama dengan syekh Fathi As Syisani.
Pada waktu itu barulah sampai Khottob ke Chechnya dan berkumpul dengan para komandan Chechnya.
Beliau bertemu dengan seorang komandan yaitu Khottob. Khottob banyak mengambil pelajaran dari beliau dalam mengenal jalan-jalan dan daerah-daerah yang ada di Chechnya. Begitu juga khottob juga banyak belajar dari pengalaman militernya pada masa amaliyat beliau yang terdahulu di ketentaraan Urdun.
Hari-demi hari berlalu, kedua singa ini semakin hari bertambah keberaniannya dan kemajuannya, bertambah pula pengorbanan dan kepahlawannya.
Beliau banyak ikut serta dengan Khottob dalam medan perang dan amaliyat. Sampai ketika terjadi amaliyat di daerah Argun dan itu merupakan peperangan yang menentukan dan dahsyat. Karena pada saat itu Rusia menggempur dengan mengerahkan pasukan khususnya yang kuat – Omon -.
Disamping asrama mereka terdapat gudang yang dibangun oleh Abu Usaid, dan disitu beliau ditemani seorang rekannya yang bernama Abu Hafs.
Beliau adalah seorang ahli pelempar roket. Sekali lemparan maka mengenai tepat pada orang Rusia. Pada lemparan yang selanjutnya tidak dirasakan lagi oleh Rusia, sehingga mereka bingung di dalam mengarahkan serangannya ke tempat – Abu Usaid -, maka kemudian mereka pun mengarahkan tembakan tanknya ke tempat Abu Usaid. Terpancarlah serpihan tank tersebut dan mengenai kepala Abu Usaid, maka pada saat itu juga beliau tersungkur dan berkta : “ Ya Allah ! Milik-Mulah segala pujian ….. Ya Allah ! Milik-Mulah segala pujian….. ( kejadian ini dishoting dalam Vidio).
Semua orang menggotong beliau dan merasakan kesedihan mendalam melihat kondisi beliau. Dan beliau selalu tersenyum dan mengulang-ulang peraktaannya : “ Ya Allah ! Milik-Mulah segala pujian “.
Teman beliau Saifullah As Syisyani melihat beliau kemudian menangisi beliau, dan ia menemani beliau ketika dibawa ke Rumah sakit.
Saifullah As Syisyani selalu menemani Usaid Al Urduni selama dirawat di Rumah sakit, maka Khottob memerintahkannya untuk kembali ke medan perang karena ia dibutuhkan disana.
Benar ….. beliau mencoba untuk melaksanakan semua perintah komandan, akan tetapi pada saat ini beliau tidak bisa meninggalkan Usaid, maka dia mengharap kepada Khottob untuk mengizinkannya menemani Usaid. Akan tetapi Khottob tidak mengizinkannya menemani Usaid. Akhirnya dia kembali lagi ke medan perang dan terkena tembakan lalu gugur.
Maka ia pun pasti akan bertemu dengan temannya Usaid di Jannah insya Allah. Dan semoga Allah menerima arwah mereka.
Setelah kesyahidan Saifullah As Syisyani Abu Usaid dikarunia Allah dengan lahirnya anak lelaki dari istrinya orang Chechnya, maka bayi itu diberi nama dengan nama bapaknya.
Semoga Allah merahmati Ibrahim – Abu Usaid – dan menjadikan kebaikan bagi istri dan anaknya ………..
KUPINANG ENGKAU DENGAN SYAHADAH
Wahai saudaraku ….
Andai kau tahu
Debu yang menempel pada kakimu fie sabilillah
Dapat menyelamatkanmu dari neraka Jahannam
Kenapa kau tinggalkan jihad ….. ???!!!
Wahai saudaraku …..
Andai kau faham
Sekejap dalam medan jihad
Dapat mengharuskanmu menikmati kenikmatan
dan keindahan Jannatun Na’im
Kenapa memilih selain jihad ….. ???!!!
Wahai saudaraku …..
Andai kau mengerti
Berak dan kencingnya kudamu fie sabilillah
Bernilai pahala bagimu disisi Robmu
Kenapa bimbang untuk berjihad ….. ???!!!
Wahai saudaraku …..
Andai kau tahu
Timah panas yang mengoyak tubuhmu dapat menghantarkanmu memeluk mesra Bidadari jelita
Kenapa takut berjihad ….. ???!!!
Wahai saudaraku …..
Andai kau faham
Dentuman Bom yang mencabik-cabik dagingmu dapat menyibukkanmu bercanda ria di pangkuan Bidadari jelita selama berpuluh-puluh tahun tanpa bosan
Kenapa ragu untuk berjihad …..???!!!
Wahai saudaraku …..
Andai kau mengerti
Ledakan Mortir yang meremukkan tulang belulangmu dapat menghantarkanmu berbaring mesra di atas kasur dalam kamar mempelai bersama bidadari yang tidak pernah
hilang keprawanannya
Kenapa enggan berjihad …..???!!!
Wahai saudaraku …..
Andai kau faham
Tetesan darah pertama yang kau tumpahkan di medan jihad dapat menghapuskan semua dosa-dosamu
Tidak ada pilihan lain bagimu selain jihad …..???!!!
Duhai saudaraku …..
Seandainya engkau faham ……
Seandainya engkau mengerti ……
Seandainya engkau tahu …..
Seandainya engkau berakal …..
Engkau pasti memilih jihad …..
اَللَّهُمَّ أَحْيِنَا سُعَدَاءَ وَأَمِتْنَا شُهَدَاءَ وَاحْشَرْنَا بِزُمْرَةِ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Ya Allah ! hidupkanlah kami dalam kemuliaan dan matikanlah kami dalam kesyahidan dan kumpulkanlah kami dengan Almusthofa Shollallahu ‘alaihi wasallam”
اَللَّهُمَّ آتِنِيْ أَفْضَلَ مَا أَعْطَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
“Ya Allah ! Berikanlah kepadaku keutamaan (mati syahid) sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang sholih”
Penutup :
Alhamdulillah, dengan izin Allah kumpulan kisah Perjalanan Peminang Bidadari – seri pertama – ini selesai. Walaupun disana sini masih banyak kekurangannya. Namun dengan besarnya niat dan usaha semoga kekurangan itu dapat sedikit tertutupi.
Kita mengharap buku ini menjadi motivasi kita untuk berjihad fie sabilillah dan mengejar syahadah demi tegaknya Dien Allah dimuka bumi ini.
Bagaikan butiran mutiara bila kita lihat perjalanan kisah ini, bagaikan sinaran permata bila kita amati perjalanan ini. Semoga Allah mengumpulkan kita dengan mereka dalam syahadah.
Akhir kata kami, kami meminta maaf bila ada kekuarangan dan kesalahan dalam penyajian buku ini, dan kami mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca. Atas partisipasi dan dukungan pembaca kami ucapkan Jazakumullah khoirol jaza’.
Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar