Home » » Tradisi Aneka Kue dan Makanan di Hari Besar Islam

Tradisi Aneka Kue dan Makanan di Hari Besar Islam

Written By Moh Wahyudi on Rabu, 14 Agustus 2013 | 22.43


tradisi kue makanan di hari rayaUmat Islam di Nusantara memeriahkan hari raya juga dengan aneka kue dan makanan yang disuguhkan kepada tamu. Hal ini sebagai pengejawantahan dari ajaran Islam yang menganjurkan memberi makanan kepada orang lain. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا اْلإِسْلاَمُ، قَالَ: طِيبُ الْكَلاَمِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ. (رواه أحمد).
Amr bin Abasah berkata: “Aku mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, Apakah Islam itu?” Beliau menjawab: “Islam adalah perkataan yang indah dan menyuguhkan makanan kepada orang lain.” (HR. Ahmad).

Pada dasarnya memberi makanan tidak hanya dianjurkan pada waktu hari raya saja. sebagai ekspresi ajaran Islam yang indah dan damai, memberi makanan kepada orang lain dianjurkan kapan dan di mana pun kita berada. Akan tetapi, dalam masa-masa hari raya, suguhan kue dan makanan lebih semarak dari pada di luar hari raya. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat al-Bukhari dari Aisyah di atas, yang dikomentari oleh para ulama sebagai berikut ini:

فِيْهِ مَشْرُوْعِيَّةُ التَّوْسِعَةِ عَلَى الْعِيَالِ فِيْ أَيَّامِ اْلأَعْيَادِ بِأَنْوَاعِ مَا يَحْصُلُ لَهُمْ بِهِ بَسْطُ النَّفْسِ وَتَرْوِيْحُ الْبَدَنِ مِنْ كُلَفِ الْعِبَادَةِ، فِيْهِ أَنَّ إِظْهَارَ السُّرُوْرِ فِيْ الأَعْيَادِ مِنْ شَعَائِرِ الدِّيْنِ. (فتح الباري 2/514، عمدة القاري 6/393).
“Hadits di atas menganjung hukum disyariatkannya memberikan keluasan kepada keluarga pada waktu hari raya dengan aneka ragam hal yang mendatangkan kesenangan jiwa dan penyegaran badan dari beratnya ibadah. Hadits tersebut juga mengandung kesimpulan bahwa mengekspresikan kesenangan dalam hari raya termasuk bagian dari syiar agama.”

Berdasarkan pernyataan al-Hafizh Ibnu Hajar dan al-‘Aini di atas, hadits al-Bukhari dari Aisyah di atas, mengantarkan kita pada kesimpulan tentang disyariatkannya menyemarakkan hari raya dengan aneka ragam hiburan, kue, makanan, baju baru, menyalakan petasan (mercon) dan lain-lain untuk menyegarkan kembali tubuh kita yang telah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh.

Dari semua paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa aneka ragam tradisi di Nusantara pada saat-saat hari raya, bukanlah amaliah bid’ah yang dilarang dalam agama. Tradisi-tradisi tersebut pada dasarnya pengejawantahan dari ajaran Islam yang mensyariatkan umatnya untuk menyemarakkan hari raya dengan aneka ragam acara yang dapat mengekspresikan syiar-syiar Islam dan suka cita. 


Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Nahdliyin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger