Karanganyar, NU Online
Guru dan pelajar Madrasah Ibtidaiyah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Sumberejo Pojok, Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah, sowan kepada para sesepuh yang ada di lingkungan madrasah. Kegiatan tersebut digelar Sabtu (12/4).
“Kami mengajak siswa sowan kepada simbah-simbah yang ada di lingkungan sekolah yang kami nilai punya peran menjadi pelaku sejarah”, ujar Wati salah seorang guru MI Ma’arif saat dikonfirmasi NU Online, Senin (14/4).
Pada kesempatan itu bertanya langsung kepada pelaku sejarah tentang pejuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Mereka dipandu kepala madrasah secara langsung.
Wati menceritakan, siswa siswi diajak ke kediaman Mbah Kromo (94 tahun). Di kediamanya, siswa siswi dapat mengetahui peran kakek tersebut melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan.
“Kami juga berpesan kepada siswa agar bisa mengisi kemerdekaan salah satunya dengan menjadi anak yang rajin belajar,” katanya.
Ia berharap, model pembelajaran seperti itu bisa mempercepat siswa-siswi dalam memahami, tertarik, serta termotivasi melakukan pesan-pesan yang disampaikan sumber sejara. Sehingga dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik semua sudah dapat tercover dengan satu metode.
Ia juga menerangkan, kegiatan sejarah semacam itu sebagai pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efisien, menyenangkan, gembira serta berbobot atau yang kerap disingkat (Paikem Gembrot). (Ahmad Rosyidi/Abdullah Alawi)
Guru dan pelajar Madrasah Ibtidaiyah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Sumberejo Pojok, Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah, sowan kepada para sesepuh yang ada di lingkungan madrasah. Kegiatan tersebut digelar Sabtu (12/4).
“Kami mengajak siswa sowan kepada simbah-simbah yang ada di lingkungan sekolah yang kami nilai punya peran menjadi pelaku sejarah”, ujar Wati salah seorang guru MI Ma’arif saat dikonfirmasi NU Online, Senin (14/4).
Pada kesempatan itu bertanya langsung kepada pelaku sejarah tentang pejuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Mereka dipandu kepala madrasah secara langsung.
Wati menceritakan, siswa siswi diajak ke kediaman Mbah Kromo (94 tahun). Di kediamanya, siswa siswi dapat mengetahui peran kakek tersebut melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan.
“Kami juga berpesan kepada siswa agar bisa mengisi kemerdekaan salah satunya dengan menjadi anak yang rajin belajar,” katanya.
Ia berharap, model pembelajaran seperti itu bisa mempercepat siswa-siswi dalam memahami, tertarik, serta termotivasi melakukan pesan-pesan yang disampaikan sumber sejara. Sehingga dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik semua sudah dapat tercover dengan satu metode.
Ia juga menerangkan, kegiatan sejarah semacam itu sebagai pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efisien, menyenangkan, gembira serta berbobot atau yang kerap disingkat (Paikem Gembrot). (Ahmad Rosyidi/Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar